Konsep mereka tentang rejeki

Pada suatu diskusi terbatas, saya minta 3 orang teman untuk menuliskan pendapat mereka tentang konsep rejeki yang telah diatur oleh Tuhan. O iya, namanya juga pendapat bebas, jadi jangan dinilai salah atau benar.

Orang kesatu:

Pembagian rejeki itu mirip berlangganan air pam, aliran rejeki diatur dengan jaringan pipa dan kran-kran. Hanya saja, Tuhan sudah mengatur kapasitas/volume rejeki masing-masing orang yang akan disalurkan melalui pipa-pipa tersebut. Manusia bebas membuka kran rejekinya itu, mau dibuka terus-terusan atau dibuka setiap kali sedang membutuhkan. Masing-masing mempunyai konsekuensi, misal kalau kran dibuka terus maka rejeki akan ngocor deras tetapi cepat habisnya. Berbeda jika ia membuka kran hanya pada saat membutuhkan rejeki. Dua pilihan cara membuka kran rejeki yang telah diberikan oleh Tuhan, silakan mana yang akan digunakan.

Orang kedua:

Tuhan telah memberikan masing-masing orang sebuah  rekening tabungan pada Bank Rejeki, dilengkapi dengan kartu ATM. Setiap orang berhak mengatur tabungannya itu, mau diambil sekaligus atau sebagian. Jika seseorang itu mempunyai saldo yang cukup, maka tabungan rejekinya itu akan ditambahkan bunga rejeki. Atau jika ia mentransfer sejumlah rejeki kepada rekening lain yang telah ditetapkan Tuhan, maka ia akan mendapatkan bonus rejeki sesuai rumus yang dibikin Tuhan.

Orang ketiga:

Tuhan telah menyebarkan rejeki-Nya di muka bumi. Untuk mendapatkan rejeki tersebut maka manusia mesti laku-mulung, menjadi pemulung. Ia perlu sebuah karung atau gerobak untuk menampung rejekinya itu. Bahkan untuk mengorek-orek ‘sampah rejeki’ ia boleh memakai tangan kosong atau sebuah alat besi pengait. Namanya juga mirip pemulung, meskipun rajin belum tentu ia mendapatkan hasil yang banyak, karena memang lokasi/tempat yang didatanginya itu cuma ada sedikit ‘sampah rejeki’.

Itulah konsep perolehan rejeki yang ditulis oleh teman-teman saya. Dan saya yakin Anda punya pendapat sendiri mengenai rejeki. Hanya saja kita mesti yakin dulu kalau Tuhan itu Maha Kaya Raya, dan tak mungkin pelit atau  salah memberikan jatah rejeki kepada makhluk-Nya.

Jadi tak perlu kita merasa iri kepada rejeki orang lain yang lebih banyak sebab masing-masing orang sudah punya takaran rejeki. Anda sudah tahu kan berapa volume takaran milik Anda?

Semoga Anda kuat dan dapat bertahan dalam menghadapi tekanan, badai dan kesulitan dalam upaya mendapatkan setiap tetesan rejeki yang halal. Kalau Anda sudah mendapatkan kiat menghadapinya jangan lupa kasih tahu ke saya, ya? 😉