Menjemput rejeki

Saban pagi dan petang hari aku punya waktu bersama anak perempuanku, setidaknya satu jam di masing-masing kesempatan, saat berangkat dan pulang bekerja. Lokasi tempat kerjanya tiga blok lebih jauh dari tempatku bekerja, sehingga aku mesti mengantarnya terlebih dulu, baru aku balik arah menuju tempat kerjaku.

Karena tempat kami bekerja merupakan kompleks kawasan industri, kami berangkat kerja serentak dengan karyawan lain. Ada ribuan motor dan ratusan mobil bergerak ke arah yang sama. Sebagian di antara kami dan mereka, tengah mencari atau bahkan menjemput rejekinya masing-masing.

“Kalau kita ini sedang mencari atau menjemput rejeki sih, pak?” tanya anak perempuanku suatu ketika.

“Ilustrasinya akan bapak ambil dari penggalan kisah di novel The Kite Runner karya Khaled Hossaeini. Kamu pernah membacanya, bukan?” aku bertanya balik.

Ia mengiyakan. “Persahabatan antara Amir dan Hassan, dua bocah yang berasal dari Afganistan”. read more

Rasa legi, rasa kecut

Minggu Legi, 17 Desember 2017

Akhirnya jadi juga mengunjungi Pasar Legi Kotagede pada pasaran Legi. Waktu tempuh dari SBR (yang jadi basecamp selama di JOG) hanya 10 menitan. Saya melalui Jl. Tegalgendu-Mondorakan, tetapi belum juga sampai di ujung jalan pasar, Kyai Garuda Seta yang saya kendarai diminta untuk putar balik oleh Mas Jukir, karena memang tidak bisa/boleh lewat di hari pasaran seperti itu.

Kemudian saya masuk melalui Jl. Kemasan yang legendaris itu dan diarahkan oleh Mas Jukir supaya parkir di Jl. Karanglo.  read more

Nge-grab di Yogyes

Dalam bulan Agustus kemarin, saya dua kali mengunjungi Jogja. Tak seperti biasanya – minta tolong ke mas Yoga carikan mobil rental – kali ini saya memanfaatkan transportasi online. Lebih murah, pastinya.

Banyak cerita menarik yang saya gali dari para supir yang mengantar saya. Sekali saya pancing dengan pertanyaan, banyak kisah yang keluar dari mulut mereka.

(1)

Anak saya juga lulusan UGM. Ia seorang dokter yang saat ini ambil spesialis. Adiknya sedang ambil kuliah di UIN, sedang yang bungsu masih SMA. Jadi supir adalah jiwa saya. Dulu saya supir bus, kemudian beralih ke angkot. Saya menyekolahkan anak-anak dari nyupir. Makanya, begitu ada online saya mendaftar.

Mobil yang saya pakai ini dibelikan oleh anak saya yang dokter itu. Silakan bapak tetap nyupir, tapi pakai mobil yang baru ya. Demikian kata anak saya. Sebagai orang tua, saya bangga kepada anak-anak saya. read more