Bambang Sukodok mencuri cinta Peri Sungai

Kemarau panjang sembilan belas bulan berakhir sudah. Warna biru langit mak prepet berubah menjadi kelabu, mendung menebal dan tak perlu waktu lama hujan turun seperti dicurahkan dari langit. Tanah gersang menyerap air demikian cepat, tetapi hujan tak putus asa. Ia tetap bersetia membasahi bumi.

Seekor kodok selama musim ketiga yang panjang tak mau jauh-jauh dari aliran sungai. Ia telah mendapatkan liang yang nyaman sebagai tempat tinggalnya. Hujan deras yang telah lama dinantikan ia sambut dengan hati riang gembira.

Ia meloncat ke sana ke mari mengejar titik rintik hujan, sementara mulutnya nyaring menyanyikan sebuah lagu. Hujan disambut sukacita oleh semua makhluk ciptaan Tuhan. Hujan telah mendamaikan hati yang gersang. read more

Cinderella wirang

Bunda Peri datang tiada terduga dan hal itu menyebabkan Cinderella sangat terkejut. Sejenak ia merasa ketakutan, namun setelah Bunda Peri memberikan senyuman termanisnya, Cinderella bernafas lega.

“Kamu jangan bersedih anakku. Dengan tongkat ajaibku, dapat membuatmu mendadak menjadi puteri jelita dan pergilah ke pesta yang diadakan oleh Putera Mahkota,” titah Bunda Peri.

“Bisakah gadis dapur sepertiku menjadi jelita, Bunda Peri?” tanya Cinderella tidak percaya.

Dalam sekejap, Cinderella malih rupa menjadi puteri nan jelita. Ia lalu bercermin dan tak memercayai apa yang dilihatnya kini: benarkah ini diriku? read more

Akulah Cindelaras

“Namaku Cindelaras, rumahku di tengah hutan dengan hanya beratap daun pisang kering belaka. Kalian jangan salah mengeja atau memelesetkan namaku dengan Cinderella, sebab aku anak laki-laki. Saat ini umurku belum genap sembilan tahun. Lihatlah, aku membawa seekor ayam jago yang pilih tanding. Aku pergi dari kampung ke kampung untuk mengadu ayam jagoku. Ayo, kalau kalian ingin mengadu ayam kita buat lingkaran dan kita lihat ayam siapa yang paling unggul,” demikian setiap kali aku mengajak orang untuk mengadu ayam.

Kemudian orang-orang pada penasaran, anak sekecil aku kok menjadi tukang adu ayam. Benar saja, ayam-ayam jago mereka beradu dengan ayam jago milikku, dan ayamku yang menjadi pemenangnya. Eloknya, setiap mengakhiri persabungan itu ayam jagoku akan berteriak lantang: aku jagone Cindelaras…. omahku tengah ngalas… payone godhong klaras… kukuruyuk….!!! 

Terdengar lucu ya? Memang demikian kluruk kemenangan ayam jago yang sangat aku sayangi. Ia aku rawat sejak ia masih berupa telur. Secara tak sengaja aku menemukan telur ini ketika aku bermain-main di sekitar hutan yang menjadi tempat tinggalku. Ibu mengajariku bagaimana cara menetaskan telur itu.  read more