Legenda Coban Rondo

Pada sebuah desa di lereng Gunung Kawi penduduknya sedang bergotong-royong membersihkan jalan utama. Beberapa diantara mereka memasang umbul-umbul dan mengecat pagar dengan kapur putih. Kesibukan paling luar biasa terlihat di rumah Ki Demang Ranu. Maklum, Ki Demang Ranu akan mantu. Anak perempuannya yang bernama Dewi Anjarwati itu akan melangsungkan pernikahan dengan dengan Raden Baron Kusumo, anak salah satu kerabat istana yang berasal dari lereng Gunung Anjasmoro.

Tentunya Ki Demang Ranu tak ingin dibuat malu pada acara penyambutan besan dan menantunya nanti, maka ia kerahkan rakyatnya untuk membersihkan desa dan menghias jalanan dengan umbul-umbul untuk menyambut tamu kehormatan. Ia sangat bangga mendapatkan besan seseorang yang berdarah biru dan ia merasa hal itu akan mengangkat derajatnya. read more

Kala dan Janma Sukerta

Entah kenapa, sore itu Bathara Guru mengajak Dewi Uma berjalan-jalan. Bukan jalan-jalan di taman kahyangan, tempat bersemayamnya mereka selama ini, suami istri itu menaiki sapi kesayangan Bathara Guru yang bernama Lembu Andini mengitari jagat raya sembari menyaksikan sekar langit di senja hari.

Pada sebuah gugusan awan nan indah, Bathara Guru menghentikan Lembu Andini. Ia turun dari pungggung Andini berwarna putih dan meminta kepada Dewi Uma tetap berada di atas punggung sapi kesayangan para dewa itu. Dengan latar belakang semburat warna merah matahari, Bathara Guru memandangi kecantikan istrinya. Keelokan paras yang sempurna milik bidadari, tentu saja.

Semakin lama memandangi istrinya, timbul birahi Bathara Guru. Ia mengajak bersenggama istrinya saat itu juga, namun Dewi Uma menolak dengan alasan ora ilok, mosok ngonoan kok di tempat umum. Ntar malu dilihat makhluk lain yang kebetulan lewat. read more

Demi cintaku padamu

Pabelan dan Sekar Kedaton tengah bergumul di atas peraduan. Sultan kalap, harga dirinya telah diinjak-injak oleh seorang playboy. Sekar Kedaton lambang kesucian keputren Pajang telah ternoda. Dengan tangan gemetar, Sultan mencabut keris saktinya.

Pabelan tewas seketika. Keris sakti itu telah menancap di dadanya.

Dikutip dari bagian akhir Cinta Playboy Berakhir Tragis

“Demi cintaku padamu, Kakang Pabelan, aku rela menyusulmu!” Sekar Kedaton mencabut keris yang dari dada Pabelan dan secepat kilat ia hunjamkan ke jantungnya. Sekar Kedaton melakukan suduk salira, bunuh diri. Tindakan nekat itu mau tak mau membuat Sultan Hadiwijaya sangat terkejut.

Dengan kemarahan yang tiada terkira, Sultan memerintahkan prajurit untuk membuang mayat Pabelan ke Kali Laweyan. Kemudian ia merumat jasad anak perempuannya untuk segera dikubur di pemakaman keraton. read more