Seminar Mahasiswa di UGM

Masalah lingkungan hidup merupakan suatu hal yang menarik sekaligus meminta perhatian yang serius dari semua pihak. Masalah lingkungan hidup juga masalah kelangsungan hidup manusia. Lingkungan hidup rusak atau tercemar akan menyebabkan kelangsungan hidup manusia terganggu.

Dengan latar belakang itulah Senat Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan seminar mahasiswa dengan mengambil tema “Analisis Kerusakan Lingkungan Hidup dan Alternatif Penanganannya”. Seminar ini berlangsung akhir April 1989, dengan menampilkan delapan makalah yang semuanya hasil karya mahasiswa Fak. Geografi UGM dari mahasiswa semester 4 hingga semester 8.

Hal-hal yang banyak disoroti adalah masalah pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai), Degradasi Lahan, Perencanaan Tata Lingkungan Wilayah Pesisir dan ada pula yang meninjau dari aspek manusia, di mana manusia sebagai subyek kerusakan lingkungan hidup. Dalam seminar ini pun, mahasiswa memberikan beberapa alternatif penanganan masalah kerusakan lingkungan hidup tersebut. Dan diharapkan hasil dari seminar ini sedikit banyak dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menangani masalah kerusakan lingkungan hidup.

 Tabloid Cempaka Minggu Ini, 13 Mei 1989 dalam rubrik Info Mahasiswa

Mana Kaca Mata Bajak Lautnya?

Tanggal 26 Juni lalu aku pergi ke Semarang, ke rumah temanku yang kebetulan kuliah di Undip. Pada kesempatan itu, aku gunakan untuk keliling kota diantar oleh temanku tadi. Tak lupa mampir di Gajah Mada Theatre yang kebetulan memutar Rambo III.

Di depan gedung bioskop tersebut, kulihat sosok yang selama ini jadi idolaku, yakni Oom Goen, kartunis MI yang berjidat lebar dan berkumis tebal. Tanpa babibu kusapa dia dengan lantang, “Oom Goen, kaca mata bajak lautnya kok nggak dipakai?” Anda tahu khan, dalam menggambar dia selalu memberikan kaca mata bajak laut pada sang tokoh.

Namun apa yang terjadi sungguh di luar perhitungan. Dia malah melotot ke arahku sambil ngomong yang tak kupahami maksudnya. Pasti ini salah alamat, pikirku. Dan betul, sebab dia masuk mobil yang bertuliskan merk sebuah sabun alias mobil propaganda.

Tentu saja aku malu setengah mati. Sudah diomeli Oom Goen palsu ditambah diketawain temanku. Salam buat Oom Goen asli dan sekali-kali nongol di koran ini dong.

Koran Minggu Ini – Suara Merdeka Group (terbitan Semarang) Minggu IV – Agustus 1988 dalam rubrik Pengalaman Tak Terlupakan

Warsito yang Bersahaja itu …

Rubrik Tamu Kita Majalah UMMI No. 10/XIX Pebruari 2008, dengan judul DR. Warsito Peneliti Kelas Dunia yang Pantang Menyerah, membuat saya terhenyak ketika membaca sampai di paragraf : untuk teknologi yang disebut-sebut banyak kalangan sepantasnya mendapat Hadiah Nobel ini, Warsito menghabiskan waktu bertahun-tahun dimulai sejak lelaki kelahiran Karanganyar, 15 Mei 1967 ini, menjalani studi S1 Teknik Kimia  awal 90-an di Universitas Shizuoka, Jepang. Warsito, Karanganyar dan Jepang, ketiga kata inilah yang “menyetrum” fikiran saya. Saya merasa kenal dekat dekat nama tersebut : Warsito, ya..hanya Warsito saja. Ketika SMA saya mempunyai teman namanya Warsito, anak desa yang sangat bersahaja (rumahnya di lereng G. Lawu, cukup jauh dari sekolah) tetapi mempunyai otak professor. Kami, teman sekelasnya biasa menyebut dia “professor” selain professor satunya lagi. Namanya Mujiyono, sekarang jadi dokter yang mumpuni. read more