Susu Kaleng dan Kumpul Kebo

Saya tersenyum ketika membaca tulisan di Kalijan (CMI, 3 Oktober 1990, Sambungrasa) yang begitu lugunya menginterpretasi suatu tulisan dengan gaya ironi. Beliau mempermasalahkan, mungkinkah kumpul kebo akibat susu kaleng? Secara singkat saya jawab : tidak.

 

Rubrik Sambungrasa CMI, suatu forum milik pembaca setia CMI untuk mengemukakan pendapat atawa gagasan yang selalu saya simak. Di situ banyak sekali lontaran ide cemerlang yang berasal dari kalangan anak muda. Salah satu tulisan yang sempat dimuat di rubrik tersebut adalah “Jangan Ciptakan Generasi Kaleng” (CMI, 29 Agustus 1990) yang kemudian ditanggapi oleh dik Kalijan.

Di sini, dik Kalijan keliru mengambil kesiimpulan. Bukan susu kaleng yang menyebabkan seseorang melakukan kumpul kebo, tetapi seorang ibu yang terlalu mementingkan kariernya, sehingga ia lupa memperhatikan perkembangan anak-anaknya. Salah satu akibat itu semua, setelah dewasa nanti si anak suka melakukan “kumpul kebo”. Betapa tidak, merasa tidak mendapat kasih sayang orang tua, mereka mencari “kasih sayang” di luar rumah yang akibatnya mereka salah langkah seperti terjerumus dalam narkotika, minuman keras dan tragisnya pergaulan bebas di antara lawan jenis (free sex). Bukankah itu yang namanya “kumpul kebo” di kalangan generasi kaleng?

O, betapa piciknya bila berpendapat bahwa minum susu sapi menyebabkan suka “kumpul kebo”. Susu sapi membuat kita sehat. Rasanya kurang, apabila sarapan pagi tidak ada segelas susu sapi segar. Makanya, peternak sapi perah selalu berusaha meningkatkan produksi susu, karena masyarakat mulai sadar betapa pentingnya minum susu bagi tubuh. Tapi ingat, bagi bayi ASI jelas jauh lebih bermutu daripada susu kaleng.

Tabloid Cempaka Minggu Ini, 24 Oktober 1990 dalam rubrik Sambungrasa