Renungan di Hari Ibu

Malin Kundang adalah contoh seorang anak yang durhaka kepada ibunya. Rupanya di era komputer ini semakin banyak manusia yang mempunyai tabiat seperti Malin Kundang. Berita terakhir yang kita dengar, seorang anak dengan sadis memotong tubuh ibunya menjadi sebelas bagian. Masya Allah! Pada kesempatan ini, saya mengajak pembaca untuk merenungkan perjuangan ibu kita tercinta. 

Sembilan bulan ibunda mengandung kita. Ke mana saja kita dibawanya, tak kenal lelah. Segala cara ditempuh agar kandunganya sehat. Sampai-sampai ibunda takut bila tidur tengkurap. Saat melahirkan ibunda mempertaruhkan nyawa satu-satunya, sementara ayah gelisah menghabiskan rokok berbatang-batang.

Kita pun jadi orok. Dengan kasih sayang, ibunda mengasuh kita. Tengah malam kita menangis, ibunda terbangun mengganti popok kita. Waktu sarapan pagi, anaknya menangis karena buang air ibunda menghentikan makan paginya untuk menceboki anak kesayangannya. Sarapan pagi selesai ibunda membersihkan piring kotor. Kemudian mencuci pakaian, sementara ayahanda pergi ke kantor (mungkin) di jalan sambil cuci mata.

Ibunda tak bosan mengerjakan itu semua hingga kita menjadi manusia harapannya. Pantaskah kita durhaka kepada ibunda? Kenapa harus membentak ibunda, ketika beliau terlambat menyiapkan makan siang? Sungguh berat tanggung jawab seorang ibu. Kalau dia salah mengasuh anak, rusaklah masa depan si anak.

Tabloid Cempaka Minggu Ini, 12 Desember 1990 dalam rubrik Sambungrasa