Jangan abaikan titah ibu

Gandari bersedih hati. Perang Bharatayuda yang berlangsung hingga hari ketujuh belas telah menghilangkan nyawa sebanyak sembilan puluh sembilan anak yang lahir dari rahimnya. Tinggal Suyudana saja yang masih hidup. Sebagai seorang ibu yang melahirkan seratus anak, kematian satu per satu adik-adik Suyudana itu membuat pilu hatinya.

Agar Suyudana memenangkan pertempuran esok harinya, ia memanggil putra sulungnya itu untuk menghadap kepadanya. Ia tak mau anak keturunannya musnah gara-gara perang saudara di Padang Kurusetra tersebut.

Ia berpesan kepada Suyudana, saat menghadap kepadanya ia harus dalam keadaan telanjang bulat dan sebelumnya agar mandi terlebih dahulu. Sebagai tanda bakti anak kepada ibunya, Suyudana memenuhi permintaan ibu tanpa bertanya alasan kenapa mesti telanjang. read more

Banjaran Basusena Karna

Kalangan

Para prajurit dari Klan Pandawa dan Klan Kurawa membuat kalangan, membentuk lingkaran besar di padang rumput Kurusetra. Hari itu jadwal perang tandingku melawan Arjuna. Aku sudah berdiri di kereta perangku, Salya yang mengendalikan kereta. Di seberang sana, aku lihat Arjuna pun telah berdiri dengan gagahnya di atas keretanya. Aku cukup terkejut mengetahui kalau Kresna menjadi kusir keretanya. Inilah perang tanding yang ditunggu banyak orang, perang kakak-adik. Sekilas aku melihat Kunti yang berada di pinggiran padang Kurusetra menyeka air matanya. Ibu mana yang tidak remuk hatinya menyaksikan dua putra kandungnya berseteru, melakukan perang tanding.

Kelingan

Jika engkau bertanya mengapa aku membela Kurawa, bukan berpihak kepada Pandawa yang merupakan saudara kandungku? Tentu engkau kelingan, ingat akan biografiku. Kunti tidak pernah mengatakan siapa ayahku. Ia mengandung diriku ketika ia berumur belasan tahun. Karena alasan menutup malu bagi wanita bangsawan hamil tanpa suami, aku yang masih bayi dilarung dan mulai saat itu hidupku mengikuti arah aliran sungai ke mana akan bermuara. Sudah menjadi nasibku, aku ditemukan dan dirawat oleh Adirata, seorang kusir kereta. Aku diberi nama Basusena, tetapi ayahku suka memanggilku Radheya, yang berarti anak dari Radha ibu angkatku. Betapa menyedihkan hidup di masyarakat yang menjunjung tinggi kasta. Karena ayah angkatku berkasta suta, maka akupun mengikuti kastanya, sebuah kasta rendahan yang sering dicemooh oleh masyakarat kasta tinggi. read more

Masih ada hujan di akhir Mei

Bulan ini mestinya sudah memasuki musim kemarau, tetapi hujan sesekali masih turun ke bumi. Musim penghujan sering membuat susah gelandangan semacam Bambang Ekalaya. Remaja yang belum genap berusia tujuh belas tahun itu, hidup menggelandang di jalanan kota, mencari sisa-sisa makanan di tempat sampah.

Kota Hastinapura bukan tempat yang ramah bagi orang-orang kasta rendah seperti dirinya. Tak jarang, polisi pamong praja mengusir gelandangan dan pengemis untuk keluar kota dan tak jarang memaksa mereka kembali ke hutan. Ekalaya sendiri mendirikan gubug sederhana di tengah hutan, tinggal bersama-sama kaum marjinal yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh orang-orang kaya. read more