Judul: Mahakurawa | Parwa I: Cakra Manggilingan (502 hal) | Parwa II: Kaliyuga (651 hal) • Penulis: Anand Neelakantan • Penerbit: Javanica (2019)
Ada ratusan atau bahkan mungkin ribuan versi kisah Mahabharata, dan versi yang paling saya suka adalah Mahakurawa, kisah Mahabharata dari sudut pandang Kurawa. Saya meyakini, sejahat-jahatnya orang, ia masih memiliki sisi baik sebab hati nurani yang ada di setiap orang akan menuntunnya untuk berperilaku atau bersikap baik. Kurawa yang dalam kisah-kisah pewayangan Nusantara mendapatkan cap sebagai pihak yang hitam, dan Pandawa sebagai pihak yang putih. Sebaik-baiknya Pandawa, mereka juga memiliki sifat-sifat buruk.
Pandawa sengaja menggunakan panggilan “Dur” untuk sebagian sepupunya yang masuk klan Kurawa, seperti Suyudana menjadi Duryudana, Susasana menjadi Dursasana atau Susilawati menjadi Dursilawati. “Dur” berarti orang yang tak mampu mengendalikan kekuasaan atau kekuatan. Sabaliknya, Suyudana adalah seorang pangeran yang begitu jujur, pemberani, punya kemauan diri, dan sanggup memperjuangkan apa yang diyakininya. Ia juga tak pernah percaya kalau para Pandawa merupakan keturunan dewata. read more