Berbuat baik, jangan nanggung

Dua minggu yang lalu, saya mengantar Lila untuk cetak foto. Karena tukang cetaknya sedang makan siang, kami menunggu di dalam mobil. Tak sampai lima belas menit, tukang cetak datang dan langsung menyapa Lila – waktu ia berada di dalam kios, kalau ban mobil kempes. Lila keluar kios dan memberitahu saya mengenai kondisi ban.

Dan benar saja. Ban depan-kanan kempes pes. Saya lihat secera cermat ada baut yang menancap di sana. Sudah lima tahun usia mBak Pican – nama mobil bercat putih milik kami itu – belum pernah sekalipun ke-ban-an. Baru kali ini, sehingga saya agak kagok saat membuka tempat ban serep.

Pertama, saya ambil dongkraknya dulu. Dongkrak kecil standar bawaan mobil yang cukup ribet jika digunakan. Nah, pada saat saya meletakkan dongkrak di dekat ban yang bocor, datang seorang bapak membawa kotak dongkrak dan menawarkan supaya saya menggunakan dongkrak tersebut. read more

Pulang malu, tak pulang rindu

Beberapa hari ini lalu-lintas jalan dari rumah ke kantor macetnya sedang lucu-lucunya. Untuk menyiasatinya, saya menggunakan motor. Selain bisa nyelap-nyelip di sela-sela kendaraan besar juga memudahkan mencari jalan tikus alternatif.

Tetapi kalau sedang malas kendarai motor sendiri, saya akan nge-grab untuk rute perjalanan ke kantor, dan ketika pulang kantor mbonceng teman (pesan transportasi online sekitar kantor saya susah sekali terdeteksi). Selama nge-grab saya selalu ngobrol denganĀ  mas Biker sambil menunggu antrian motor kembali berjalan di tengah kemacetan. read more

Mas Boi melepas lajang

Selamat kepada Mas Boi yang dalam hitungan hari akan melepas masa lajang dan jadilah suami Nomer Jitu.

Dari artikel Suami dan penghasilannya

Kepergian saya ke SOC kemarin untuk menghadiri pernikahan teman sekantor yang kami panggil dengan sebutan Mas Boi. Sungguh rejeki bagi saya, ternyata format kondangan menggunakan adat Solo dan sekitarnya yakni para tamu duduk manis di kursi yang telah disiapkan dengan satu meja per sepuluh kursi. Di atas meja sudah tersedia sepuluh gelas teh manis panas.

Tamu mulai mbanyu mili memasuki gedung, ketika pembawa acara angkat bicara (dengan bahasa Jawa paling halus) kalau acara segera dimulai. Untuk mendiskripsikan rangkaian acara saja memerlukan waktu hampir lima belas menit, sampai akhirnya muncul pengantin perempuan yang dibawa ke atas pelaminan. read more