Mas Boi melepas lajang

Selamat kepada Mas Boi yang dalam hitungan hari akan melepas masa lajang dan jadilah suami Nomer Jitu.

Dari artikel Suami dan penghasilannya

Kepergian saya ke SOC kemarin untuk menghadiri pernikahan teman sekantor yang kami panggil dengan sebutan Mas Boi. Sungguh rejeki bagi saya, ternyata format kondangan menggunakan adat Solo dan sekitarnya yakni para tamu duduk manis di kursi yang telah disiapkan dengan satu meja per sepuluh kursi. Di atas meja sudah tersedia sepuluh gelas teh manis panas.

Tamu mulai mbanyu mili memasuki gedung, ketika pembawa acara angkat bicara (dengan bahasa Jawa paling halus) kalau acara segera dimulai. Untuk mendiskripsikan rangkaian acara saja memerlukan waktu hampir lima belas menit, sampai akhirnya muncul pengantin perempuan yang dibawa ke atas pelaminan.

Dengan jeda waktu yang telah diatur, suguhan datang hingga acara selesai dengan urutan: snack, sop, nasi, dan terakhir es krim. Sop yang disajikan memang sangat khas, yakni sop manten. Mengudap sop manten menjadi rejeki hari minggu yang tidak saya duga sebelumnya.

Kalau saya perhatikan di kondangan kemarin, banyak rangkaian acara pengantin adat Jawa yang dipangkas. Mungkin untuk menghemat waktu. Tetapi ada adat pokok yang tidak ditinggalkan: atur pambagya selamat datang kepada para tamu, pasrah pengantin pria, panggih (ada prosesi injak telur – basuh kaki), kedua pengantin diarak ke pelaminan dengan cara ‘ditarik’ dengan selendang oleh bapak pengantin perempuan.

Di atas pelaminan, ada sungkeman, saling suap makanan dan minuman, dan prosesi kacar-kucur. Kira-kira pembawa acara bicara seperti ini:

Kacariyos dupi wus ngancik ing titi laksana, penganten kakung daya-daya jumeneng ngasta tilam lampus, ingkang isi wos kapurata jawa kethos palawijo sekar panca warna miwah arta receh, kasuntak ing pangkoning kang garwa, katadahan katampi mawi sindur ingkang awarni rekta.

 

Kacar-kucur merupakan perlambang seorang suami yang memberikan hasil jerih payahnya kepada istrinya. Pengantin pria berdiri di samping pengantin perempuan, masing-masing membawa kain tilam seukuran sapu tangan dengan berhiaskan renda. Tilam yang dipegang pengantin pria berisi kacang, kedelai, beras dan beberapa uang logam kemudian dikucurkan ke tilam yang berada di pangkuan pengantin perempuan.

Menjelang berakhirnya acara terjadi penyimpangan acara pengantin adat Jawa. Mas Boi memanggil pembawa acara dan berbicara saling berbisik. Sejurus kemudian pembawa acara sudah berada di depan pelantang suara lalu memanggil nama saya untuk memberikan sambutan.

Glek!

Saya pun maju ke depan. Setelah mengucapkan salam, secara singkat saya katakan: “Selamat kepada Mas Boi yang telah melepas masa lajangnya. Maknai prosesi kacar-kucur tadi dan jadilah suami Nomer Jitu!”