Saya merantau untuk bekerja di Jakarta hampir tiga dasa warsa yang lalu. Setiap libur lebaran, saya selalu mudik ke Kota Kelahiran yang berjarak sekitar 600 km. Ini kisah mudik yang tercatat di ingatan saya.
Pertama kali mudik saya masih bujangan. Naik bus dari Terminal Pulogadung. Saya mendapatkan tiket dari seorang calo, dengan harga selangit. Tidak apa-apa, demi ketemu keluarga di kampung halaman dengan membawa sedikit tabungan dari sisa-sisa gaji di awal bekerja.
Mudik kedua, saya sudah beristri dan tinggal di Karawang, 50 km arah timur Jakarta. Karena istri tengah hamil anak pertama, saya memilih mudik naik KA dari Jatinegara. Kondisi KA jaman dulu tentu berbeda dengan KA sekarang yang super nyaman. KA Senja Utama yang saya naiki penuh sesak, hingga nanti sampai Stasiun Solo Balapan. Mudik tahun-tahun berikutnya, saya membawa keluarga kecil saya naik “mobil profit”. read more