Rapid

Karena alasan supaya anak-anaknya bisa kumpul, peringatan 100 hari meninggalnya bapak dilaksanakan malam minggu. Tadi malam. Saya berangkat naik bus dari Karawang Jumat malam, sampai di Terminal Tirtonadi esok hari menjelang subuh.

Saya sudah punya tiket rencana kepulangan ke Karawang pada Minggu sore. Nantinya berangkat dari Terminal Tirtonadi.

Kira-kira 3 mingguan ini, sebagai admin WA Group saya sudah me-remove 3 teman dengan alasan ketiganya meninggal dunia karena sakit yang kurang dari seminggu dirawat di RS. Teman-1 merupakan kolega bisnis, teman-2, teman sekolah saat di SD-SMP-SMA dan teman-3 merupakan rekan kerja satu kantor,  yang dimakamkan kemarin siang – saya sudah berada di Karanganyar.

Ketika saya memonitor prosesi pemakaman teman saya tersebut, masuk pesan via WA dari sahabat saya yang menginformasikan kalau istrinya sedang kritis di RS. Ia meminta doa supaya dimudahkan kepergian menghadap-Nya. Memang pada bulan kemarin ia memberitahu saya kalau dokter sudah memberikan ancer-ancer berapa lama lagi istrinya bertahan hidup akibat kanker yang sudah menyebar ke seluruh tubuhnya.

Dua jam kemudian ia mengabarkan kalau istrinya telah tiada. Dan saya memutuskan untuk melayat keesokan harinya.

Saya pun berburu tiket ke kota B di mana teman saya tadi tinggal. Moda transportasi paling cepat dan sesuai waktunya saya memilih naik kereta dengan tujuan kota T, setelah itu rencana naik taxi online menuju kota B bagian selatan.

Baca-baca di persyaratan naik kereta api jarak jauh mesti menunjukkan hasil rapid test negatif. Segera saja saya ke sebuah RS untuk melakukan rapid test.

Syahdan, saya ke RS menggunakan taxi online. Seperti biasa, saat perjalanan saya ajak ngobrol drivernya (di masa pandemi ini, saya selalu duduk di bangku belakang). Jarak RS yang cuma 4 km, terasa cepat dan saya pun turun di depan IGD RS.

Saat mendaftar di IGD saya baru menyadari HP saya tertinggal di taxi online! Saya panik beberapa saat. Dengan HP itu saya selalu melakukan transaksi online: perbankan, transportasi, termasuk juga e-ticket KA untuk perjalanan esok hari. Saya ke receiption untuk pinjam telepon. Saya menelpon HP saya sendiri. Setidaknya, ketika HP saya nanti berdering akan memberitahukan keberadaannya untuk driver taxi online. Kali ketiga, panggilan HP saya diangkat oleh driver taxi online. Ia sedang dalam perjalanan menuju RS untuk mengembalikan HP saya.

Alhamdulillah, HP tersebut masih rejeki saya.

Kisah ini saya tulis di kereta api dalam perjalanan ke kota T menggunakan HP yang sempat tertinggal di taxi online.