Kunjungan ke Yogya kemarin, saya menyempatkan main ke tempat kos saat kuliah dulu. Kini, kondisi kosan itu sangat memprihatinkan (lihat foto di samping). Bangunan rusak di sana-sini dan plang nama kosan yang membuat bangga penghuninya (waktu itu) tak ada lagi. Nama kosan itu adalah Wisma Dermaga. Ketika saya main ke sana suasananya sepi. Maklum sedang musim libur lebaran, nggak ada anak kos-nya.
Sepanjang saya kuliah hingga lulus saya belum pernah pindah tempat kos, hanya pindah kamar saja. Wisma Dermaga terbagi menjadi 3 wilayah, yakni Dermaga Kidul, Dermaga Tengah dan Dermaga Lor.
Saya masuk Dermaga Kidul pada tahun 1986. Kosan yang mayoritas berisi anak-anak yang berasal dari Karanganyar itu terdiri dari 11 kamar, (1) Mas Dadiyo dan adiknya, (2) Winarno, Sahid dan Warno, (3) Mas Adi dan Mas Tono, (4) Saya dan Gendro, (5) Haris dan Samidi, (6) Mas Broto dan adiknya, (7) Mas Pur, (8) Mas Sis, (9) Mas Iwan dan Hartono, (10) Mas Muda dan adiknya, dan (11) Mas Yong. Entah, saya termasuk generasi ke berapa masuk ke Dermaga Kidul. Menurut cerita turun-temurun, nama Wisma Dermaga disematkan oleh para penghuni tahap awal.
Pada tahun 1988 adik saya nyusul ke UGM, Gendro ngalah untuk pindah kamar. Tahun 1989 adik saya yang ketiga nyusul juga ke UGM. Saat itu saya ditawari Pak Wandi – pemilik kos, untuk pindah Dermaga Tengah yang kebetulan ada kamar agak besar, meskipun hanya singgetan tripleks (kalau tetangga kamar mendengkur, terdengar dari kamar sebelah apalagi kalau nyetel radio keras-keras). Tahun 1991 ketika saya menyusun skripsi, adik bungsu saya nyusul juga ke UGM. Atas persetujuan Pak Wandi, kamar sebelah yang lebih sempit kami bongkar singgetan-nya, maka kami berempat menempati dua kamar yang dijadikan satu. Atas kebaikan Pak Wandi juga, kami diberikan keringanan pembayaran sewa kos per tahunnya.
Foto di atas adalah tampak depan Dermaga Tengah. Wisma Dermaga posisinya memang strategis, terletak di sebelah utara Fak. Peternakan UGM sak lore Selokan Mataram dengan alamat Klebengan CT VIII/A-1. Di depannya ada lapangan bola.
Saya tak hendak bercerita tentang pengalaman ngekos di sana. Pasti banyak peristiwa dan kejadian yang ikut andil dalam menentukan nasib saya hari ini. Saya hanya ingin mengenang Wisma Dermaga, an sich.