Valentine-valentine

Kebiasaan orang-orang yang tengah memadu kasih untuk merayakan Hari Saint Valentine dengan cara bersumpah setia satu sama lain sudah berabad-abad usianya, meskipun kaitannya dengan dua Saint Valentine terdahulu masih menjadi misteri. Sebuah dugaan yang masuk akal mengenai asal-usul tradisi ini diajukan oleh Parlement of Foules-nya Chaucer pada abad keempat belas, yang mengaitkan hari kedua saint itu, yakni tanggal 14 Pebruari dengan saat burung-burung bercumbu dan berkembang biak, dan hal ini kemudian dikait-kaitkan dengan saat bercumbu dan berkembangbiaknya manusia: “Karena ini adalah Hari Saint Valentine, saat semua unggas datang untuk memilih pasangannya.” Pandangan yang mengatakan bahwa siapa pun bebas memilih pasangan pada tanggal 14 Pebruari itu mungkin berkembang dari simbolisme alam awal musim semi tersebut.

Pada abad ke-16 dan ke-17 di Inggris, sebuah tradisi yang sudah lama mapan memperbolehkan perempuan untuk memilih pasangan Valentine mereka, baik dengan cara ditentukan sebelumnya atau secara acak (misalnya, laki-laki yang pertama kali dilihatnya pada pagi hari). Kemudian sebagai balasannya, si perempuan bisa berharap akan mendapatkan sebuah kado dari si lelaki. Samuel Pepys (1662) – seorang penulis buku harian yang terkenal itu, menuliskan bahwa jelas merasa tidak enak karena pihak perempuanlah yang mengambil inisiatif pertama dalam hal ini.

Praktik mengirimkan kartu-kartu Valentine bersandi belum menjadi tradisi hingga abad ke-19. Kebiasaan ini bermula di Inggris dan segera menjadi sangat populer di Amerika. Kartu-kartu Valentine mengeksploitasi persembahan kontemporer berupa bahasa rahasia cinta dengan menggunakan bunga-bunga seperti menyatakan “jangan lupakan aku”. Bunga-bunga violet dan mawar mampu mengejakan seluruh denting perasaan dalam simbol-simbol floral yang rumit.

Tindakan dan kebiasaan yang menunjukkan cinta kasih yang saling diberikan pada Hari Saint Valentine di zaman modern ini makin rumit dan kabur, karena Hari Saint Valentine merupakan produk sampingan yang ganjil dari cara orang memuja dua orang martir Italia dari zaman dulu.

~oOo~

Tulisan di atas saya sadurkan dari buku The Secret Language of Love yang ditulis oleh Megan Tresidder (1997), karena besok di tanggal 14 Pebruari akan banyak orang yang merayakan Hari Valentine a.k.a Hari Kasih sayang, tak terkecuali orang-orang Indonesia. Entah kenapa tradisi yang “tidak begitu jelas” asal-usulnya ini mewabah di negeri ini, terutama kepada para remajanya. Lihatlah, di pusat-pusat pertokoan sejak awal bulan Pebruari sudah terhias warna-warna pink atawa violet muda dengan segala pernak-perniknya dengan warna yang serupa.
Valentine-valentine adalah salah satu bagian yang disajikan dalam buku The Secret Language of Love, selain mengulas sejumlah gagasan yang paling bermakna tentang hal ikhwal cinta yang pernah terlahir sepanjang sejarah. Di buku ini juga diidentifikasi pola-pola cinta yang tanpa disadari telah mempengaruhi perilaku manusia, seperti tulisan yang diberi judul Anatomi Cinta, Asal Mula Cinta, Pertemuan Dua Jiwa, Rindu Ingin Bersatu, Cinta Erotis, Dimensi-dimensi Hati, Gejala-gejala Cinta, Tatapan Cinta, Cinta Abadi dan masih banyak lagi.