Teori relativitas

Saya tak hendak ngomongin teori relativitas milik Albert Einstein, wong saya nggak mudeng babar blas mengenai teori tersebut meskipun rumusnya sering ditulis secara sangat sederhana, E = mc2. Apalagi kalau diurai lagi menjadi teori relativitas umum dan khusus, makin nggak mudeng deh.

Bagi saya, teori relativitas itu sesungguhnya sangat cocok digunakan untuk memandang suatu persoalan hidup di dunia ini. Orang Jawa sudah punya filsafat agung tentang hal ini yakni urip kuwi sakjane mung sawang-sinawang. Kalau dikaitkan dengan rumus E = mc2 , emung cawang-cinawang!

Maksudnya pripun toh, mas? Orang hidup sebenarnya ingin menyatakan bahwa orang hidup di dunia ini hanyalah saling pandang-memandang: saling menilai, menakar, menduga, dan membayangkan ‘jangan-jangan’ terhadap orang lain. Cara menilai dan menduga terhadap orang lain itu bisa saja benar, namun kebenaran itu belum tentu benar. Kalau salah dan curiga mulu, itu sudah masuk kategori berprasangka buruk.

Misalnya, kita melihat pada seseorang yang banyak harta. Lalu, kita menilai atau menakar atau menduga bahwa orang tersebut hidupnya pasti bahagia karena segala kebutuhannya terpenuhi. Apa benar begitu?

Jawabnya belum tentu. Bisa jadi mereka yang hartanya pas-pasan dan hidup sederhana justru itu termasuk mereka yang hidupnya dalam kebahagiaan.

Lah, akan sangat bahaya nekjika kita membayangkan jangan-jangan harta orang lain tersebut diperoleh dengan cara yang nggak halal. Padahal, orang yang kita nilai itu kerja siang-malam, maka tak heran kalau hartanya melimpah. Sikap seperti ini bisa disebut sebagai sirik tanda tak mampu.

Kaya-miskin itu ukurannya relatif. Jadi nggak perlu pusing dan galau kalau tetangga sebelah rumah beli mobil baru misalnya. Kita berpikiran positif saja: pantaslah ia punya mobil baru, wong sudah nabung lima tahun atau habis dapat warisan dari ortunya, je.

Ingatlah, orang lain juga menakar diri kita. Mereka mengira kita tak pernah susah, isinya bahagia mulu. Mereka tidak tahu detil jeroan kita. Inilah yang dinamakan sawang-sinawang tadi.

Libur panjang usai sudah. Lihat berita di tipi, banyak macet di mana-mana. Merasa beruntunglah kita yang nggak liburan ke mana-mana, di tanggal tanggung bulan seperti ini.

Dengan banyak bersyukur, hidup jadi lebih indah.