Srikandi terpanah asmara si Keong Racun

Gadis lesung pipit itu matanya tiada henti menatap sepasang pengantin yang sedang duduk di pelaminan. Ia datang ke tempat hajatan pengantin karena rasa penasaran ingin tahu seperti apa menjadi pengantin itu.

Nama gadis itu adalah Srikandi, putri kedua Prabu Drupada raja dari negara Cempalareja. Sedangkan sepasang pengantin yang tengah berbahagia itu adalah Arjuna yang mempersunting Sembadra. Laki-laki tampan berjodoh dengan perempuan jelita. Begitulah perkawinan agung di antara dua pembesar kerajaan. Srikandi begitu takjub dengan meriahnya pesta perkawinan maupun tingkah-polah sepasang pengantin yang tengah mabuk asmara sundul langit ke enam belas. Sungguh, jantung Srikandi bergolak hebat. Gadis yang belum genap berumur dua puluh tahun itu ingin sekali menjadi pengantin.

Wajar jika Srikandi ngebet kawin, karena sehari-hari ia menyaksikan kemesraan kakaknya, yang tak lain mBakyu Drupadi yang diperistri oleh Yudhistira. Yang tidak wajar adalah Srikandi ingin diperistri oleh Arjuna, pengantin pria yang dengan sangat cepat menumbuhkan asmara di hatinya. Wahai, gamelan yang bertalu-talu semakin menggelorakan cintanya pada Arjuna. Cinta pada pandangan yang ketiga.

Berhari-hari setelah ia menghadiri pesta perkawinan ia pun menyusun siasat bagaimana bisa merebut hati Arjuna. Ia mematangkan siasatnya ketika libur semester genap kuliahnya. Dengan langkah kaki yang mantap ia berjalan menuju kediaman Arjuna. Tetapi, sebelum ia masuk ke pintu gerbang rumah Arjuna ia mendengar sayup-sayup ketawa manja seorang perempuan yang berasal dari samping rumah. Ia pun mengendap mencari posisi wuenak untuk mengintip.

Oh, Srikandi terlonjak kaget saking cemburunya. Ia menyaksikan Arjuna sedang mengajari memanah seorang perempuan cantik yang bernama Rarasati, salah satu gundik Arjuna. Bagaimana Srikandi tidak terbakar oleh api cemburu, Rarasati pura-pura tidak bisa memegang anak panah, sehingga Arjuna akan mengajarinya dan itu menyentuh tangan Rarasati. Dasar Arjuna, tidah hanya menyentuh, ia juga meremas mesra jemari lentik Rarasati.

Dengan nekat, Srikandi masuk ke halaman rumah Arjuna dan minta diajari memanah juga. Selanjutnya, hari-hari Srikandi hanya belajar memanah dan memanah, dan ia bahkan sering bolos kuliah. Tingkah Srikandi ini jelas membuat murka mBakyu Drupadi yang menganggap kalau perbuatan Srikandi melanggar norma kesusilaan.

Demikianlah, mBakyu Drupadi mengadu kepada ayahnya perihal tingkah laku Srikandi yang bisa mencoreng martabat keluarga. Prabu Drupada segera menghubungi raja Parangkubarja, untuk menjodohkan Srikandi dengan Jungkungmardea, putra mahkota Parangkubarja.

Gojleng-gojleng singkat cerita, dipertemukanlah Srikandi dengan anak Parangkubarja. Bisa diduga kalau Srikandi menolak perjodohan itu. Secara fisik, kemolekan Srikandi tidak pas disandingkan dengan Jungkungmardea si jejaka tua itu. Tetapi karena merasa sakti mandraguna dan jatuh cinta kepada Srikandi, Jungkungmardea akan menerjang apa pun yang menghalangi memiliki Srikandi. Tiba-tiba saja ia berprinsip, cinta itu harus memiliki.

Srikandi berlari menuju rumah Arjuna dan mengadukan nasibnya. Dengan tangan terbuka ia terima Srikandi, dan dalam pelukan hangatnya Srikandi menumpahkan keluh kesahnya. Arjuna, yang oleh kalangan sosialita dijuluki si Keong Racun itu semakin mempererat pelukannya, seraya berbisik mesra di telinga Srikandi.

“Akang ada di sampingmu, sayangku. Kamu tenang saja ya,” kata Arjuna lembut sambil mengelus rambut Srikandi.

Srikandi makin terlena ketika Arjuna membimbingnya terbang ke awan biru, dan …… “Duarrrrr!!!!!”

Jungkungmardea mendobrak kamar Arjuna. Matanya nanar menyaksikan Srikandi yang terurai rambutnya. Ia bimbang sejenak, siapa dulu yang akan dihajarnya, Arjuna-kah atau Srikandi? Bergegas ia menuju sudut kamar untuk menampar Srikandi. Api kemarahan bercampur kecewa siap ia lampiaskan di pipi mulus Srikandi.

Tetapi, ketika tangan Jungkungmardea terangkat dan siap menghanjar Srikandi, melesat sebatang anak panah dan mengenai punggung dan tembus di dadanya. Ia tersungkur. Tewas.

Tancep kayon.