Tanpa proses tender yang normal, PT Semar Mendem ditunjuk sebagai kontraktor pelaksana untuk membangun khayangan, suatu tempat di mana para dewa-dewi bersemayam untuk mengatur tata kehidupan manusia di bumi WayangSlenco.
Kenapa PT Semar Mendem yang ditunjuk? Perbuatan kolusi dan nepotisme jelas ada di balik penunjukkan itu. Ki Lurah Semar, presiden direktur sekaligus komisaris utama PT Semar Mendem itu dulunya adalah dewa juga yang mempunyai nama beken Bathara Ismaya. Ia sengaja di tempatkan di muka bumi untuk tinggal dan didapuk menjadi seorang lurah di Karang Tumaritis. Tugas utamanya adalah menyerap aspirasi rakyat jelata dan memberikan saran dan pendapatnya kepada para petinggi negeri, agar tatatan masyarakat selalu menjadi tata tentrem kerta raharja.
Adalah Bathara Guru yang menggagas dibangunnya sebuah gedung baru di khayangan jonggring saloka. Ia menganggap bahwa bangunan lama tidak layak lagi ditempati oleh para penghuni khayangan yang jumlahnya mencapai lima ratus dewa-dewi itu, sehingga perlu dibangun sebuah gedung tiga belas tingkat di kompleks khayangan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk mendukung kelancaran dan kenyamanan para dewa-dewi dalam menyelesaikan tugas-tugas beratnya, ada kolam renang, ruang fitness, spa, mall, dan panti pijat.
Ki Lurah Semar telah mendapatkan SPK yang ditandatangani oleh Bathara Guru. Betapa terkejutnya Ki Lurah Semar membaca nilai proyeknya: 1,3 T. Tangannya gemetar, matanya berkunang-kunang. Ia segera melanjutkan membaca SPK itu untuk mengetahui termijn pembayaran. Oh, PT Semar Mendem akan mendapatkan DP 20% dari total nilai proyek.
“Tapi, 20% itu tidak Ki Lurah Semar terima semua. Yang 10% langsung dipotong untuk fee saya dan bathara yang lain yang menggagas proyek ini. Makanya, saya menunjuk perusahaan sampeyan. Semua bisa diatur toh?” kata Bathara Guru sambil tersenyum.
Ki Lurah Semar tersenyum kecut lalu menganggukkan kepalanya meskipun terasa berat.
Seminggu setelah DP 20% cair, terjadi kehebohan di khayangan. Aroma bagi-bagi fee proyek gedung baru menyeruak di antara para dewa dan dewi. Bagi mereka yang tidak mendapatkan jatah fee berteriak kencang menanyakan legitimasi proyek pembangunan gedung baru. Tidak perlu memakan waktu yang lama, kabar rencana pembangunan gedung baru segera mengguncang seluruh khayangan dan dunia WayangSlenco. Bathara Guru sibuk melakukan bantahan di mana-mana.
Melalui lobi tingkat tinggi, disepakati gedung baru tetap dilaksanakan dengan catatan semua dewa-dewi mendapatkan fee. Kalau dihitung memerlukan biaya 40% dari nilai proyek. PT Semar Mendem menghitung kembali BQ proyek. Dari sumber yang dapat dipercaya, gedung tiga belas tingkat itu akan dilaksanakan dengan budget hanya 480 M saja. Kalau dihitungan secara kasar perinciannya seperti ini: nilai proyek 1,3 T (40%-nya untuk fee para bathara atawa setara dengan 520 M atawa masing-masing mendapatkan 1 M), pelaksanaan proyek 480 M, sisanya untuk overhead dan keuntungan PT Semar Mendem sebesar 300 M.
Semua berjalan mulus, proyek dilaksanakan dalam waktu enam bulan saja. Maklum, dua puluh empat jam tanpa henti mereka bekerja. Semar tersenyum puas begitu proyeknya selesai.
Arkian, para bathara pun akhirnya pindah ke gedung yang baru. Mereka yang biasanya malas bekerja kini agak bersemangat, meskipun sebenarnya mereka tidak benar-benar bekerja. Ada yang menikmati kolam renang baru, ada yang mencoba spa dengan pijitan super nikmat, ada juga yang melakukan treasmill untuk mengempeskan perut buncitnya. Singkatnya, di minggu pertama menempati gedung baru, semua ruangan terisi oleh para bathara.
Tanpa mereka duga, terdengar suara retakan sangat keras tetapi kebanyakan dari mereka terlambat menyadari kalau gedung baru itu telah miring dan sebentar lagi akan roboh.