Selamat pagi Jenderal!

Perjalanan saya dari pusat Kota Jogja ke Dusun Kemusuk Bantul, 28 Desember 2013 diantar oleh Pak Joni seorang pensiunan pegawai pabrik gula Madukismo. Laki-laki sepuh itu mengendarai mobil dengan santai, sesekali berceloteh dengan bahasa Jawa Krama Inggil yang membuat saya agak kewalahan mengimbangi bahasanya. Jalan Raya Wates lumayan ramai, maklum di akhir tahun seperti ini banyak wisatawan datang ke DIY.

Tujuan saya ke Dusun Kemusuk untuk mengunjungi Museum HM Soeharto, mantan Presiden RI. Hanya membutuhkan waktu 15 menit saja, saya sampai di sebuah desa yang asri. Di Desa Kemusuk inilah Pak Harto lahir pada tanggal 8 Juni 1921 yang lalu.

Begitu memasuki area museum, kita akan disambut oleh patung perunggu Jenderal Besar HM Soeharto yang berdiri gagah menghadap ke jalan raya. Di sebelah sudut halaman di dekat masjid, terdapat stimulasi kehidupan masa kecil Pak Harto berupa patung dua anak yang sedang bermain dengan kerbau kesayangannya yang dipasang di tengah kolam. Patung tersebut seolah menceritakan kehidupan Pak Harto di masa kecil yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan desa. Kemudian pada sebuah dinding terdapat relief Pak Harto sedang shalat, di sebelahnya tertulis sebuah pesan yang syarat makna: 3-sa (tiga pedoman hidup) yakni sabar atine – selalu sabar, saleh pikolahe – selalu saleh, taat beragama, sareh tumindake – selalu bijaksana.

Sebelum memasuki Gedung Atmosudiro (ini nama kakeknya Pak Harto), para pengunjung diwajibkan mengisi buku tamu. Di teras Gedung Atmosudiro dipajang foto-foto Pak Harto, kemudian pengunjung akan memasuki lorong Gedung Atmosudiro yang terdiri dari 5 selasar. Setiap selasar menceritakan peristiwa penting perjalanan Republik Indonesia.

Pada selasar Ruang Karya terdapat slide film dengan multimedia, display GBHN dan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Di sini kita bisa menyaksikan tempat tinggal Pak Harto dan keluarga di Jl. Cendana Jakarta secara interaktif: halaman rumah, ruang tamu, ruang kerja, dapur, dengan meng-klik di layar sentuh.

Pada selasar Serangan Umum – dikenal dengan Serangan Oemoem 1 Maret 1949 terhadap Kota Jogja secara besar-besaran oleh militer di wilayah Divisi III/GM III berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Jenderal Sudirman, untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa Republik Indonesia masih ada dan cukup kuat. Kota Jogja diduduki oleh tentara Indonesia selama 6 jam. Di selasar ini disajikan dokumen Surat Perintah Siasat, Diorama Serangan Pertama dan Serangan Kedua.

Berikutnya pada selasar TRIKORA pengunjung akan diajak mengenang peristiwa TRIKORA (Tri Komando Rakyat) atawa dikenal juga dengan istilah Operasi Mandala, yakni operasi militer dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat ke dalam wilayah RI. Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Sukarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta, dengan membentuk Komando Mandala dan menunjuk Mayor Jenderal Soeharto sebagai panglimanya.

Selasar keempat disajikan Diorama Lubang Buaya dan figur Pangkostrad Lima Jaya Mayjen Soeharto, figur para Pahlawan Revolusi, Diorama Peristiwa G 30 S, display Surat Pembubaran PKI, display Mozaik Era Pembangunan Indonesia, serta 7 kronologis peristiwa lengsernya Pak Harto dari jabatan Presiden RI.

Pada selasar Masa Pembangunan, kita dapat menyaksikan Historical Time Line, Illusion Floor Optic, koleksi benda-benda Pak Harto serta prasasti dan pesan-pesan memorial oleh Pak Probosutedjo, adik Pak Harto sekaligus penggagas berdirinya Museum HM Soeharto.

Di pojok halaman belakang kompleks museum yang diresmikan pada 8 Juni 2013 itu terdapat petilasan sumur tua yang berumur 150 tahun dengan air yang masih melimpah.

Setelah lelah berkeliling kompleks museum, kita dapat istirahat duduk-duduk di lantai bangunan Joglo yang sejuk, sambil foto bersama patung dada Pak Harto atawa menyaksikan film-film dokumenter tentang Pak Harto saat menjadi tentara, menjabat Presiden RI, hingga ia meninggal dan dimakamkan di Astana Giri Bangun Karanganyar. Menyaksikan film kiprah Pak Harto saat menjadi presiden mengingatkan saya kepada stiker bak truk: Piye kabare le, isih enak jamanku to?

Lokasi Museum HM Soeharto: Dusun Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Dapat ditempuh dari arah Malioboro  menuju Jl. Raya Wates Km. 10, pas lampu merah Pedes belok ke Utara/kanan dan ikuti papan petunjuk lokasi.