Undangan dari Sekretariat Negara saya pegang erat-erat, berulang kali saya baca isinya. Ada rasa senang bercampur terharu. Tanggal 14 Desember 2004, Presiden SBY membuka musyawarah nasional organisasi yang saya ikuti, di Istana Negara. Sama sekali tidak terbayang di benak saya akan masuk ke Istana Negara bertemu presiden pula.
Ketika protokol Istana memberi tahu kalau presiden berkenan untuk memberi ucapan selamat kepada para peserta musyawarah, saya siap-siap maju ke depan untuk bersalaman dengan Presiden SBY. Jas yang saya pakai semakin membuat gerah dan telapak tangan yang berkeringat, bolak-balik saya lap di celana.
“Selamat berjuang untuk Indonesia, pak”, kata saya kepada Presiden SBY ketika tangan kami bersalaman. Beberapa waktu sebelumnya SBY dilantik jadi Presiden RI, jadi wajar saja kalau saya sebagai warga negara memberikan ucapan selamat. Kami, peserta musyawarah dijamu dengan makanan khas Indonesia sambil bebas berfoto-foto di ruangan istana.
Sore harinya, foto bersalaman dengan Presiden SBY sudah dikirim di tempat musyawarah dilaksanakan. Foto tersebut saya pigura dan saya pajang di ruang perpustakaan rumah. Bangga juga punya foto bareng orang nomor satu di Indonesia.
Kesempatan kedua bertemu dengan SBY terjadi tanggal 17 Juli 2007, ketika saya diundang dalam acara peresmian pabrik motor asal India. Saya cukup puas bisa memandang SBY dari kursi deretan ke 3, ketika SBY berpidato.
Kali ini, di tanggal 19 Juni 2008 undangan dari Sekretariat Negara saya masukkan saku celana saya, tidak saya pegang erat-erat lagi seperti kesempatan pertama dulu. Protokol mengatur agar menggunakan pakaian batik. Masuk Istana Negara serasa tidak canggung lagi, lebih pede. Tetapi, saat bersalaman dengan Presiden SBY hati masih “deg-degan” juga.
Foto bersalaman dengan Presiden SBY yang kedua kali ini, pernah menghiasi monitor komputer saya sebagai wallpaper dan foto aslinya sampai sekarang masih tersimpan rapi di amplop, belum saya kasih pigura seperti foto pertama dulu yang kini masih bertengger di dinding rumah saya.
Sebentar lagi hajatan pilpres 2009 digelar, kembali saya ingat foto bareng SBY ini. Memperhatikan dan mencermati visi-misi dan program kerja capres-cawapres, yang disampaikan melalui televisi atau media, serta menilai tiga kali debat capres-cawapres yang diselenggarakan KPU saya bertanya kepada diri sendiri: kenapa duet SBY-JK nggak dilanjutkan saja ya? SBY kalem, JK ceplas-ceplos. Dua kandidat ini, menurut saya yang terbaik dari 6 capres-cawapres.
Terlambat sudah. SBY dan JK akan berlaga di Pemilu Presiden 8 Juli 2009 nanti!!