Sarung untuk Ojo

“Pak Suryat, kula sakniki sampun saged shalat. Menawi wonten sarung nganggur mbok kagem kula setunggal!”

Mas Suryat tertegun sejenak, begitu mendengar permintaan Ojo yang dirasa ganjil di telinganya. Sekarang Ojo sudah bisa shalat! Mas Suryat menyebut kebesaran Gusti Allah yang punya kuasa membolak-balikkan hati hamba-Nya.

Sudah sejak lama Mas Suryat mengajak Ojo shalat. Ojo yang bertugas di bagian front office itu suka menggelengkan kepala jika diajak shalat. Bahkan ketika Ojo ikut Mas Suryat mudik lebaran, ia memilih menunggu di mobil daripada masuk masjid untuk menunaikan shalat.

Bener, awakmu wis gelem shalat?”  Ojo mengiyakan pertanyaan Mas Suryat.

***

Mas Suryat menghitung sarung yang ia punya. Tak sampai lima lembar dan menurut penilaiannya kondisi para sarung tersebut tak layak untuk diberikan kepada orang lain. Memberikan barang ke orang lain mesti yang terbaik, maka ia memutuskan untuk membelikan sarung baru buat Ojo.

Pada hari Sabtu, Mas Suryat pergi ke Toko Barokah di depan Pasar Baru. Ia tak hanya membeli sarung saja, tetapi juga sajadah, baju koko dan peci. Sarung dan baju koko masing-masing dua buah. Dan pada hari Senin, ia berikan barang-barang tersebut kepada Ojo.

Tiga minggu berlalu. Karena Mas Suryat melakukan business trip di luar kota, ia tidak bertemu dengan Ojo. Begitu bertemu, ia terkejut dengan penampilan Ojo. Di dahi Ojo terdapat tanda bekas sujud!

Mas Suryat pergi ke toilet dan berkaca di sana. Ia pandangi wajahnya sendiri, kemudian ia dekatkan pada cermin besar di atas wastafel. Ia tak menemukan tanda bekas sujud di dahinya.

“Jo, aku ingin belajar shalat darimu!” pinta Mas Suryat kepada Ojo.

Tentu saja Ojo tercenung dengan perkataan Mas Suryat tersebut. “Apa ndak terbalik, pak?”

***

Berdasarkan investigasi Mas Suryat, shalatnya Ojo memang ngedab-ngedabi betul. Ia selalu shalat wajib tepat waktu dan ditambah paket lengkap qabliyah dan ba’diyah. Ia juga rutin melakukan shalat sunnah dhuha dan tahajud.

Beda cara shalat antara Mas Suryat dan Ojo adalah Mas Suryat tidak pernah konsisten dalam melaksanakan shalat, kadang shalat tepat waktu kadang tidak. Lebih sering shalat di ujung waktu. Mas Suryat juga terlalu banyak alasan untuk menegakkan shalat sunnah.