Abel adik tersayang

Sudah sebulanan ini ia tinggal bersama kami. Tidak seperti para kakaknya yang kami adopsi, ia merupakan anak yang kehilangan ibunya lalu berkelana di jalanan. Daripada kehujanan dan kepanasan, ia kami pungut ketika sedang menangis di depan sebuah toko beras.

Meskipun ia kucing kampung – belakangan setelah kami bawa ke veterinarian dan diidentifikasi ternyata ia hasil kawin silang kucing kampung dan ras – mudah diterima oleh Gre, Titi dan Mike, tanpa ‘pertarungan’ terlebih dahulu.

Seperti para kakaknya, ia juga punya nama. Abel, nama panggilannya. Nama panjang belum ada kesepakatan, apakah Marble Musafir (ia dalam keadaan bepergian, entah dari/menuju ibunya) atau Marble Safarudin (berdasarkan waktu ditemukan, yakni di bulan Safar).

Abel, kucing (cowok) yang sangat manis. Hidungnya mancung dan berwarna pink muda. Seperti disebutkan di depan, Abel sangat mudah diterima sebagai penghuni baru oleh para kakaknya. Mungkin kehadiran Abel tidak mengancam mereka, seperti halnya waktu Mike datang. Kucing kecil lebih mudah diterima oleh Gre dan Titi.

Mike sangat suka bermain guling-gulingan dengan Abel. Mungkin jarak umur mereka yang pendek, lebih mudah untuk bergaul dan bermain-main a la para bocah. Tak jarang saling gigit. Gre dan Titi cuma melihat tingkah polah kedua bocah.

Sifat “kampungan” yang melekat pada gen Abel masih terbawa. Ia yang punya hidung mancung, tajam sekali saraf penciumannya. Ia masih suka mengganggu orang makan yang berlauk bau amis seperti ayam atau ikan, padahal sejak ia tinggal bersama kami ia selalu mengudap makanan kucing seperti halnya kakak-kakaknya.

Dibandingkan yang lain, Abel lebih lulut. Gampang diajak bercanda dan dipegang-pegang. Tetapi cerewetnya itu yang suka ndak nahan, jika perutnya kelaparan. Tak segan ia akan membongkar tudung saji untuk menjatuhkan sepotong ayam atau mengorek tempat sampah barangkali ada secuil daging ikan yang bisa dikudap.

Kalau tidur, ia punya tingkah dan gaya yang unik. Ia suka tidur di atas senderan sofa atau ketika ada orang duduk di sofa (yang kondisinya mbrodol itu) ia akan ndusel-ndusel lalu tahu-tahu terlelap.