Hampir satu minggu ini saya tidak melakukan up date blog ini, saya sedang pulang kampung menengok ibu yang sedang sakit. Sapaan hangat milik ibu yang selalu dilontarkan setiap kali bertemu dengan saya: piye, rak padha waras toh. wis mangan durung (bagaimana, semua pada sehat kan. sudah makan belum)? Dan saya selalu merindukan sapaan sederhana ciptaan ibu saya itu, karena saya yakin apa yang terucap dari mulut ibu saya itu adalah sebuah doa.
Adakah satu atau dua kalimat yang terucap dari bibir ibu Anda yang tetap teringat sampai sekarang? Sambil Anda mengingat-ingat kata ibu Anda, ini ada beberapa kata ibu mereka:
Ibunya Diponegoro: “Wir (Ontowiryo, nama kecil Diponegoro), sekali-kali mbok kamu lepas surbanmu itu dan pakailah topi koboi ini. Sekarang naiklah ke atas kudamu. Hmm..kamu makin gagah, seperti koboi.”
Ibunya Kartini: “nDuk, apakah kamu tidak capek dan bosan menulis surat kepada temanmu si Estella Zeehandelaar itu, yang kamu kirimkan melalui pos. Kenapa kamu tidak menggunakan e-mail saja, lebih cepat dibaca dan ditanggapi oleh sahabatmu dari seberang lautan sana. Atau yang lagi ngetren sekarang ini, main blog dan pesbuk. Kan kumpulan tulisan kamu bisa dibaca oleh dunia”
Ibunya Pattimura: “Kamu jangan suka bawa-bawa golok begitu. Kasihan teman-temanmu nanti, bisa tergores oleh golokmu.”
Ibunya Monalisa: “Mona sayang, apakah kamu tidak ingat betapa inginnya kamu dulu mendapatkan kawat gigi itu? Kenapa sekarang malah kamu sembunyikan di balik senyummu yang misterius itu?”
Ibunya Albert Einstein: “Al, lain kali kalau mau foto, rapikan dulu rambutmu. Pakai gel atau pomade pasti akan lebih rapi.”
Ibunya Marconi: “Ibu tahu, kamu itu penemu radio. Tapi bisakah kamu pelankan sedikit suaranya, agar adikmu tidak terganggu tidur siangnya.”
Ibunya Thomas Alpha Edison: “Mentang-mentang kamu yang menciptakan lampu pijar, cepat matikan lampu itu dan segera tidur, jangan sampai besok terlambat bangun lagi.”
Ibunya Soekarno: “Ampun deh Kusno (nama kecil Bung Karno), sudah ibu kasih tahu beberapa kali, kamu jangan latihan pidato dengan berdiri di atas meja makan.”
Ibunya Soeharto: “Le, hari sudah senja. Ayo segera turun dari pohon beringin itu, awas kalau jatuh nanti tulang kakimu bisa patah.”
Ibunya Soedirman: “Jangan lupa selalu memakai jaketmu, udara dingin bisa membuat asma dan batukmu kumat.”
Ibunya Spiderman: “Peter, ayahmu dan aku sudah sepakat untuk memindahkan tali jemuran ke tempat yang lebih tinggi, supaya kamu tidak bisa main gelantungan di tali jemuran itu!”
Ibunya Cepot: “Supaya gigimu sehat dan kuat, serta tidak mudah lepas, gosoklah gigimu paling tidak dua kali sehari.”
Ibunya Tessy: “Astaga, Kabul… kamu ini laki-laki nak, tidak siang tidak malam… main bonekaaa… saja pekerjaanmu, ini lagi… pakai rok kakakmu dan main-main lipstick ibu… !”
Apakah Anda sudah ingat apa kata ibu Anda dulu?