Sandyakala Rajasawangsa

Namun ada kejutan manis buat saya ketika mata saya menyapu rak buku dan melihat buku berwarna coklat-merah, sebuah novel berjudul MAJAPAHIT. Ini yang membuat saya terkejut membaca penulis novel tersebut: Langit Kresna Hariadi (LKH) turun gunung lagi!

Ya, sebenarnya saya sangat menunggu kelanjutan buku LKH yang berjudul Candi Murca maupun Perang Paregrek, tapi ada daya – konon LKH lagi sibuk menyelesaikan naskah pesanan dari mancanegara, novel Majapahit Sandyakala Rajasawangsa seolah mengobati rindu pada karya-karya LKH.

Maka, seperti biasanya, saya dan Anda sebagai pecinta LKH kudu ikhlas lagi menjadi ‘korban’ imajinasi liarnya, termasuk nanti merasa penasaran ketika menyelesaikan halaman akhir.

Novel Candi Murca yang menceritakan masa muda Ken Arok, dan LKH belum menuntaskan hingga Ken Arok bertahta di Tumapel dan mendirikan Singasari, maka novel Majapahit justru sudah melompat ke masa Singasari di bawah kendali Kertanegara. Ken Arok yang menjadi moyangnya Kertanegara, disebut-sebut juga dalam novel Majapahit, termasuk keris sakti mandraguna yang dibikin oleh Mpu Gandring.

Novel yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka (2012) setebal 624 halaman ini menceritakan kegalauan Sri Kertanegara yang berniat lengser keprabon dan menyerahkan tampuk kepemimpinannya kepada keponakannya sekaligus calon menantunya, Raden Wijaya. Anak lelaki Dyah Lembu Tal ini nantinya akan mendapatkan empat istri yang semuanya anak-anak Kertanegara yakni Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri.

Kertanegara sangat sedih karena Kediri merongrong kewibawaan Singasari. Kerajaan Kediri di bawah Jayakatwang hendak melakukan makar akibat dendam lama pada peristiwa Ganter. Jayakatwang tak lain adalah ipar Kertanegara, karena ia kawin dengan Turuk Bali (ini nggak salah ketik) adik sepupu Kertanegara. Jayakatwang juga besan Kertanegara, karena anak bungsunya kawin dengan Ardaraja, anak lelaki Jayakatwang.

Pada saat bersamaan, Singasari kedatangan utusan Kubilai Khan dengan membawa misi supaya Singasari tunduk kepada Kerajaan Mongol. Kertanegara mendidih darahnya menerima penghinaan tersebut, dengan membalas penghinaan itu dengan memotong telinga dan rambut kucir utusan Mongol. Sri Kertanegara ingin negerinya tetap berdaulat, tidak tunduk kepada keinginan negeri asing.

Melalui wisik yang diterima oleh Sri Kertanegara bahwa Raden Wijaya kelak yang akan membuat moncer Singasari. Mengapa lokasi kerajaan Raden Wijaya bukan di tempat sekarang yang ia tempati, tetapi di hutan Tarik? Inilah cikal bakal Kerajaan Majapahit.