Hidup layak

Mempunyai kehidupan yang layak menjadi cita-cita setiap orang. Kata layak nekjika dikaitkan dengan kehidupan artinya wajar, pantas atawa patut bahkan bisa mempunyai arti mulia atawa terhormat untuk sesuatu yang berhubungan dengan kedudukan.

Penilaian hidup (secara) layak, tergantung pada persepsi masing-masing orang karena berhubungan dengan rasa. Ada sebagian orang yang merasa hidupnya layak ketika sandang-pangan-papan sudah terpenuhi: bisa ganti pakaian, bisa makan du-tiga kali sehari dan punya rumah asal bisa untuk berteduh dari panas dan hujan. Atawa sebaliknya, orang merasa layak kalau semua kebutuhan dan kemauannya terpenuhi.

Untuk mendapatkan kehidupan layak perlu diupayakan dan diperjuangkan yang menurut saya, bukan dengan cara unjuk rasa memaksakan kehendak, namun dengan kerja keras. Kalau memang sudah mentok – jumlah rejeki yang diterima cuma segitu-gitunya – ya wis, disyukuri dan dinikmati.

~oOo~

Ada data statistik yang menyajikan sebuah fakta bahwa jumlah kelas menengah di Indonesia naik cukup signifikan.  Entah parameternya seperti apa, tetapi nampaknya data tersebut benar karena secara kasat mata dapat dlihat di sekitaran lingkungan kita.

Kaum kelas menengah (terutama yang baru) dapat dicirikan dengan perilaku konsumtif yang dilakukan oleh mereka. Kebanyakan dari mereka adalah golongan pekerja, baik di bidang jasa maupun manufaktur. Dua-tiga tahun bekerja, ia indekos di rumah petak dan ketika menikah mulai mengambil rumah ukuran paling kecil dengan cara kredit. Setelah punya anak satu, mobilitas mereka makin meningkat. Dengan cara kredit pula mereka membeli sepeda motor. Tak jarang mereka mulai mempunyai satu atawa dua kartu kredit.

Bank semakin mudah memberikan pinjaman bahkan ada kredit tanpa agunan. Penawaran menggiurkan ini akan disambar oleh kaum kelas menengah baru, salah satunya untuk renovasi rumah, melengkapinya dengan AC, mengganti mebel dan sebagainya. Mereka pun mengganti hape jadul yang selama ini setia menemani aktivitasnya. Tak jarang, dalam satu rumah ada lebih dari dua hape.

Produsen mobil berlomba-lomba memproduksi mobil yang dibanderol dengan harga murah. Kaum kelas menengah yang menjadi sasarannya. Naik motor mulai membosankan mereka, maka yang terjadi, lagi-lagi dengan cara kredit mereka membeli mobil idaman mereka.

~oOo~

Mal tumbuh subur. Isinya kaum kelas menengah baru. Tingkah mereka seringkali wagu. Mereka mengajak pembantu yang diseragami baby sitter sambil mendorong kereta bayi atawa mengendong anak majikan dengan selendang yang sudah berwarna pudar.

Hidup layak memang sebuah dambaan bagi siapapun, namun yang lebih penting layak hidup adalah hak setiap orang.