Blusukan

Istilah blusukan belakangan meramaikan media massa, setelah Jokowi keluar-masuk kampung kumuh wilayah Jakarta dan makin sering diperbincangkan setelah SBY juga blusukan di kampung nelayan. Apanya yang aneh dengan perilaku pejabat yang blusukan tersebut? Bukankah tindakan tersebut hal yang wajar saja? Kenapa mesti dikomentari macam-macam bahkan cenderung sinis?

Blusukan atawa mblusuk adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti memasuki wilayah yang jarang terjamah atawa jarang dilewati atawa didatangi seseorang. Dalam bahasa pejabat, blusukan disebut sebagai incognito artinya kunjungan tanpa pemberitahuan/dikenali.

Dalam sejarah Islam, pejabat yang sering melakukan blusukan salah satunya Khalifah Umar bin Khattab. Dari berbagai riwayat dapat kita baca bagaimana Khalifah Umar memanggul sendiri sekarung gandum setelah ia mengetahui dengan mata kepala sendiri ada salah satu rakyatnya yang kelaparan. Gandum itu diberikan kepada seorang perempuan yang menghibur anaknya yang kelaparan dengan memasak batu di kualinya, hingga anaknya tidur terlelap.

Pada incognito yang lain, Khalifah Umar mendengar pembicaraan seorang ibu dan anaknya yang akan berbuat curang. Ibu tersebut adalah pedagang susu, yang ingin mencampur susu dengan air supaya susu yang dijual berjumlah banyak. Namun anaknya mengingatkan ibunya, kalau yang akan dilakukannya itu perbuatan tercela. Meskipun hanya mereka berdua di tempat itu dan tak ada orang lain yang melihatnya, tetapi – kata anaknya – Gusti Allah menyaksikan perbuatan mereka. Akhirnya ibunya menyadari kesalahannya.

Raja-raja zaman dulu juga sering melakukan incognito, njajah desa milangkori. Ia akan berkuda sendiri atawa pergi berdua dengan pengawalnya, lalu mereka menemukan tindakan kejahatan. Dengan kemampuan olah kanuragan yang ia miliki, sang raja berhasil menumpas para penjahat. Rakyat baru menyadari belakangan, kalau yang membantu mereka adalah raja junjungan mereka.

Pun dengan yang dilakukan oleh Bung Karno dan Pak Harto. Banyak buku menceritakan kisah incognito mereka. Bisa jadi, sekarang ini nggak hanya Jokowi dan SBY yang melakukan incognito, masih banyak pejabat yang tahu tanggung jawab ingin dekat dengan rakyat yang dipimpinnya. Hanya saja media tak mengekspos mereka secara bombastis. Sepi ing pamrih, rame ing gawe.

Blusukan juga dilakukan oleh para calon anggota legislatif, calon bupati/walikota, atawa calon gubernur. Tujuan mereka tentu saja untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya. Sah-sah saja mereka melakukan itu, wong zamannya memang lagi seperti itu.

Berbeda dengan Kang Mamat, saban hari ia juga blusukan keluar-masuk kampung. Bukan untuk ber-incognito, tapi menjajakan kerupuk udang demi sesuap nasi bagi keluarganya.

Hari ini, Anda mau blusukan ke mana?