Saksi mata GMT 2016

Akhirnya Kota Palembang (PLM) menjadi destinasi saya untuk menjadi saksi mata GMT 2016. Selain dekat dengan Jakarta, beberapa fasilitas di Palembang nanti lebih mudah saya dapatkan. Untuk hotel saya mendapatkan rate khusus, sebab hotelnya masih satu group dengan perusahaan tempat saya bekerja selama ini. Sedangkan untuk kendaraan yang akan saya gunakan selama di sana difasilitasi oleh adik saya yang pernah berdinas di Palembang, melalui jalur pertemanannya.

Hari Selasa (08 Maret 2016) sekira jam 19.30 WIB saya tiba di Bandara PLM dan dijemput oleh mas Hendra. Karena perut lapar kami mampir di sebuah rumah makan khas masakan pindang. Mayan enak. Sampai di hotel langsung istirahat, sebab esok jam 06.00 WIB kudu sudah berangkat menuju Jembatan Ampera, sebab di sini akan diadakan Festival GMT 2016. 

Dan betul saja, jam 06.00 WIB mas Hendra membawa kami ke arah Jembatan Ampera. Karena ia sudah lama mukim di Palembang, jalan-jalan tikus ia sangat paham. Kami memutuskan untuk masuk Jembatan Ampera dari sisi barat. Olala, ternyata sudah macet di mana-mana. Terpaksa saya jalan kaki, sementara mas Hendra ada di kendaraan di tengah kemacetan.

Ribuan orang sudah berada di sekitar Jembatan Ampera. Saya berada di sekitar Benteng Kuto Besak. Karena Palembang menjadi salah satu kota yang dilewati GMT 2016, saya melihat banyak turis asing menenteng kamera besar mereka.

Sepanjang prosesi menuju GMT, langit di atas Jembatan Ampera ditutupi awan mendung sementara di bawahnya lewat gumpalan raksasa asap hitam dari pabrik yang tertiup angin ke arah selatan. Sesekali asap hitam tersebut menghalangi pandangan mata untuk menyaksikan matahari yang mulai krowak tertutup bulan.

Awan yang agak mendung sebetulnya menguntungkan saat memandangi matahari, sehingga tak begitu menyilaukan mata. Beberapa orang – termasuk turis asing – mulai mengungkapkan kekecewaannya karena insiden asap hitam yang keluar dari cerobong asap pabrik.

Dan GMT 2016 yang ditunggu-tunggu itu pun terjadilah. Terjadi suasana malam di pagi hari! Ada yang tepuk tangan, banyak juga yang menyebut kebesaran Tuhan. Saya sendiri bersyukur bisa menjadi saksi mata GMT 2016 ini. Terbayar sudah keinginan saya.

***

Karena Palembang tak mempunyai banyak objek wisata, mas Hendra mengajak city tour dan mampir menikmati empek-empek asli Palembang. Sepanjang acara Festival GMT 2016, Jembatan Ampera ditutup. Dan ketika sudah dibuka kembali, mas Hendra mengajak kami ke Stadium Jakabaring, dan tentu saja melewati Jembatan Ampera yang fenomenal itu, sebelum mengantar kami ke Bandara PLM di sore harinya.

Jika dihitung, saya tak sampai 24 jam berada di Kota Palembang.