Nguri-uri Budaya Jawi

Tujuan utama menghadiri persepsi pernikahan sesungguhnya memberikan doa dan restu kepada sepasang mempelai yang tengah sumringah di atas pelaminan. Selain itu, sebagai sarana mengumpulkan balung-pisah, mempererat tali silaturahim antar kerabat atau mempertemukan sanak-kadang yang telah lama tidak saling berjumpa.

Jika memerhatikan pohon silsilah keluarga (dari pihak bapak saya), pengantin perempuan yang hari ini saya hadiri resepsi pernikahannya masih terhitung sebagai cucu saya. Ayah dari sang pengantin adalah keponakan saya, meskipun usia saya jauh di bawah usia keponakan saya tersebut.

***

Saya akan menceritakan suasana resepsi pernikahan cucu saya tersebut yang dilaksanakan di sebuah gedung di bilangan Jl. TB Simatupang Jaksel. Ada yang berbeda dari kebanyakan acara resepsi pernikahan yang pernah saya hadiri.

Waktu pengantin beriringan menuju pelaminan dilantunkan gendhing-gendhing Jawa yang dimainkan secara live. Seperangkat gamelan dimainkan oleh orang-orang yang termasuk golongan umur sepuh lengkap dengan empat sinden yang berbadan singset dengan suara emas mereka.

Setelah sepasang pengantin bersama orang tua masing-masing berada di atas pelaminan, acara selanjutnya yakni sambutan dari keluarga besar dari kedua belah pihak. Sungguh saya terkejut, yang memberikan kata sambutan bukan wakil yang ditunjuk oleh keluarga (seperti jamak terjadi di resepsi pernikahan), akan tetapi si pengantin sendiri! Yakni pengantin laki-laki didampingi oleh istrinya yang kinyis-kinyis.

Top deh, idenya.

Setelah ada doa yang dipimpin oleh seorang ustadz, acara selanjutnya para tamu memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Lalu, hiburan selama resepsi apa? Organ tunggal? Bukan.

Sepanjang resepsi empat sinden secara bergantian mempersembahkan suara terbaiknya menghibur para tetamu. Gendhing Uyon-uyon berasa sangat nyampleng di batin saya.

***

Bapak dan ibu hari Rabu kemarin berangkat ke Jakarta bersama rombongan besar dari Karanganyar. Mereka menginap di sebuah mess yang tak jauh dari tempat resepsi. Setelah acara resepsi selesai, kami berkumpul di mess tersebut untuk mengatur jadwal berikutnya.

Rupanya ada salah satu cucu bapak yang ingin rumahnya didatangi oleh bapak sebagai pinisepuh keluarga besar. Maka, malam ini bapak dan ibu akan menginap di Bogor, di rumah salah satu cucunya tersebut. Kakek dan cucu tersebut usianya berselisih kira-kira lima belas tahun saja.

Besok giliran saya menjemput bapak dan ibu dan mencarikan tiket pulang ke Karanganyar.