Roman cinta calon guru

Mari membayangkan saat kita bersekolah di sekolah dasar. Dalam satu kelas, kira-kira ada 40-an murid. Bapak atawa ibu guru berdiri di depan kelas menghadapi situasi yang rumit. Mungkin kita sedang sibuk sendiri ngobrol dengan teman sebangku, teman kita yang menangis karena dipukul teman yang lain, atawa ada yang asyik main bola bekelnya. Seorang guru mesti punya stok kesabaran di atas rata-rata dibanding manusia yang lain.

Guru SD adalah pahlawan, namun di dalam kelas ia tak lebih dari seorang guru yang sewaktu-waktu bisa diserang orang tua murid dengan mempertontonkan pantat karena anaknya dikasari atawa nilainya masuk kategori tidak wajar. Sesungguhnya, tak mudah juga menjadi guru. Ketika ia menulis di depan kelas, tubuhnya tak boleh membelakangi murid. Ia harus berdiri serong karena dengan posisi seperti itu kelas tetap terpantau.

Guru juga jangan hanya duduk di balik meja guru atawa berdiri di depan seperti patung, tapi harus berjalan-jalan di antara meja anak didik, untuk membagi perhatian pada mereka. Mendekatkan diri kepada murid. Satu larangan lagi untuk seorang guru: jangan sembarang menampar anak orang! Anak diserahkan ke sekolah untuk dididik, bukan dihardik. Tugas-tugas guru meliputi hal-hal yang berat. Sebagai profesional, kerja guru adalah mengajar, mendidik, dan melatih. Guru bukan tape recorder, tapi manusia, karena itu pekerjaan seorang guru adalah pekerjaan manusiawi, memanusiakan manusia. Guru harus memahami jiwa anak, kenapa ia terlambat, kenapa bajunya kotor, kenapa muram?

Materi penguasaan kelas yang saya uraikan di atas saya baca di buku Lonceng Cinta di Sekolah Guru karya Khairul Jasmi Pemimpin Redaksi Harian Singgalang, surat kabar terbesar di Sumatera Barat. Buku yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (Maret, 2012) ini menceritakan pemuda yang bernama Nurus di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Padang Panjang Sumatera Barat di tahun 1983. Ekonomi keluarga yang carut-marut tak menyurutkan tekad pemuda Minang ini menggapai masa depan dengan bersekolah di SPG.

Novel Lonceng Cinta di Sekolah Guru menampilkan sisi lain dari para calon pendidik generasi penerus bangsa. Di tengah kewajiban untuk belajar menjadi pintu gerbang ilmu, novel setebal 353 halaman ini memaparkan bahwa guru juga memiliki sisi-sisi manusiawi yang perlu dimengerti, termasuk masa muda yang penuh suka cita yakni hubungan cinta dengan adik kelasnya. Adalah Zeta sang bidadari asrama putri SPG yang manis dan rancak pula sifatnya, telah membuat banyak murid lelaki mabuk kepayang dilanda impian semu untuk mencuri hatinya. Namun, seakan tertimpa durian runtuh, Nurus berhasil mencairkan kebekuan hati sang bidadari.

Gairah remaja yang meledak-ledak mulai membawa calon guru ini mengarungi samudera asmara penuh terpaan gelombang rasa cemburu dan situasi dilematis. Apakah cinta Nurus-Zeta berhasil dilabuhkan dalam ikatan perkawinan?