Judul : Republik Jungkir Balik • Penulis : Suparto Brata • Penerbit : Narasi, 2009 • Tebal : 391 halaman
Saya sangat suka akan novel-novel karya Suparto Brata. Meskipun beliau sudah sepuh (lahir 27 Pebruari 1932) sangat aktif menulis, baik dalam bentuk buku atau yang diterbitkan di majalah. Dalam setiap tulisannya, beliau sangat rinci menceritakan tempat dan peristiwanya. Konflik masing-masing tokoh mendapatkan porsi yang sama. Kita bisa menikmati karyanya, baik yang berbahasa Jawa maupun Indonesia.
Republik Jungkir Balik ini sebuah novel yang berlatar belakang perang Kemerdekaan. Tepatnya di Surabaya, yang mendapatkan sebutan sebagai Kota Pahlawan. Di Surabaya pada tahun 1945, diperkirakan lebih dari 10.000 penduduk terpaksa mengungsi keluar kota. Kebanyakan dari mereka hanya dengan pakaian yang melekat di tubuh karena dalam situasi kepanikan. Mereka tidak sempat memikirkan untuk membawa harta benda. Kesengsaraan yang diderita oleh pengungsi tersebut berlanjut selama berbulan-bulan, sebelum mereka berani kembali ke kota yang telah hancur.
Keluarga Kartidjo merupakan salah satu dari beribu-ribu keluarga yang ikut dalam gelombang besar pengungsian tersebut. Di tempat yang baru, mereka kemudian mengenal keluarga Saputra, seorang tukang catut yang mengawini perempuan mantan pelacur dari Kampung Tetes bernama Sumini.
Kesulitan di tempat yang baru, membuat dua keluarga ini masuk dalam konflik kehidupan yang pelik, senasib sepenanggunggan. Seiring dengan beranjak dewasanya anak-anak Kartidjo, Saputra ditangkap oleh Belanda dan Sumini yang cantik harus rela menjadi pelayan nafsu sinyo-sinyo penjara Herenstraat.
Suparto Brata, lagi-lagi menunjukkan kepiwaiannya mengolah pergolakan antara nilai nurani dengan kemanusiaan. Perjuangan manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidup atau memilih menyerah karena memegang teguh nilai-nilai kebenaran nurani. Ya, negeri ini memang telah jungkir balik, di mana ukuran mengenai kebenaran atau kekeliruan menjadi sangat relatif kedudukannya.
_____________
Note :
Selamat hari Pahlawan, 10 Nopember 2009. Sengaja di hari Pahlawan ini saya review 7 (tujuh) buku yang di dalamnya ada rasa perjuangan seorang pahlawan. Selamat membaca.