Power Balance

“Lekum…. Kyaine!!”

Mas Karjo tergopoh-gopoh berjalan menuju pendapa Padeblogan. Eksekutif muda dari perusahaan kopi itu tolah-toleh, pandangannya menyapu ruang yang kelihatan sepi. Lha iya pasti sepi, siang-siang begini Kyaine ada di perpust sedang melahap novelnya Pak Suparto Brata.

Katiwasan Kyaine…!”

“Ada apa mas Karjo, kok sajak ada yang gawat. Duduk dulu. Sebentar, tak ambilkan air putih, biar sampeyan sareh.”

Kyaine menuju dispenser, air putih dingin ditenggak oleh mas Karjo. Tandas. Setelah agak tenang, ia menyampaikan isi hatinya.

Bener sampeyan Kyaine. Coba kalau kemarin dulu saya mengikuti saran sampeyan, nggak bakal katiwasan seperti ini toh?” 

Ntar dulu toh, dari tadi sampeyan bilang katiwasan aja. Terus siapa yang celaka?”

“Ini perkara gelang power balance yang saya pakai di tangan nih! Gara-gara tergiur promosi yang bilang kalau gelang ini bisa meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan fleksibilitas tubuh. Oalah… Gusti…Gusti… jebul ngapusi, bohong besar…!”

“Xixixi… !”

“Eh, sampeyan malah ngguyu. Senang ya dengan nasib buruk saya kali ini?”

Mboten mas Karjo, nggak. Saya kasihan aja pada sampeyan. Katanya orang intelek, kok ya gampang kapusan dengan promosi seperti itu. Tapi, ngomong-omong kenapa sampeyan baru menyadari sekarang, mas?”

“Begini, saya dengar dari teman, produsen gelang PB di Ustrali sana mengaku kalau produknya ini nggak memiliki keampuhan sedahsyat itu. Mereka bilang nggak ada bukti ilmiah yang kredibel yang mendukung keampuhan gelang PB yang seperti di iklan-iklan promosinya!” 

“Terus, gelang PB-nya mau sampeyan apakan? Dibuang?”

“Sebenarnya ya sayang kalau dibuang, harganya mahal je. Lagian ini juga nitip temen waktu dinas ke Ustrali. Seandainya waktu itu saya percaya omongan sampeyan.”

“Orang pengin sakti, kuat atawa sehat itu nggak bisa dengan cara yang instan toh mas Karjo. Mahapatih Gajah Mada, Mahesa Jenar atawa Jaka Tingkir bisa sakti dan kuat kan pakai laku, olah kanuragan, bahkan bertapa segala. Ingin sehat pun demikian. Kudu makan makanan yang sehat, minum minuman yang sehat, rajin olah raga, pantang ini-itu. Eh, sudah begitu saja masih kena masuk angin toh?”

“Iya..iya… saya ngaku salah… sudah percaya kekuatan sebuah gelang karet berhologram ini. Duh, gitu aja sampeyan bawa-bawa Mahapatih Gajah Mada segala macem!”

“Ya wis, nggak perlu disesali. Lain kali mesti pikiran dan akal sehat yang dipakai sebelum membeli barang macam begituan.”

Mas Karjo melepas gelang PB warna merah dari pergelangan tangannya dan siap-siap memasukkan ke dalam saku celananya, tapi Kyaine melarangnya.

“Eits.. jangan dimasukkan ke saku celana mas… sini buat saya aja!”

Loh..lohkok malah mau sampeyan pakai sih?”

Nggak… nggak mau saya pakai kok. Lumayan nih buat kalung kucing saya, mas!”

Kyaine menerima gelang PB warna merah, lalu mengamatinya.

“Ini PB murahan, mas Karjo. Paling 19.ooo rupiah!”

Tenane???”