Dua kali saya menyaksikan film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) besutan Deddy Mizwar, nonton di VCD (bukan bajakan) dan SCTV. Film yang menceritakan Komet – pencopet cilik, yang beroperasi di pasar bertemu dengan Muluk, sarjana manajemen yang sudah lama mencari pekerjaan. Oleh Komet, Muluk dibawa ke markas pencopet cilik, pencopet yang operasinya di jalanan, di pasar dan di mall dan bertemu boss copet, Bang Jarot. Dalam pertemuan tersebut, akal Muluk berputar dan melihat peluang yang ia tawarkan kepada boss copet tersebut. Muluk meyakinkan Bang Jarot kalau ia dapat mengelola keuangan para pencopet dan meminta fee 10% dari hasil mencopet. Muluk juga berjanji untuk mendidik para pencopet cilik itu.
Dengan dibantu dua rekannya yang juga sarjana pengangguran, Muluk membagi tugas mereka untuk mengajar agama, budi pekerti dan kewarganegaraan. Usaha yang dikelola Muluk dn kawan-kawannya itu berbuah, namun di hati kecilnya tergerak niat untuk mengarahkan para pencopet agar mau mengubah profesi mereka, pada jalur yang benar, yang halal.
Satire yang ditawarkan oleh film ini memang khas Deddy Mizwar, seperti ketika para pencopet cilik diajak “piknik” di depan gedung DRP RI, salah satu pencopet cilik bertanya kepada Muluk apakah di gedung itu ada pencopet juga?
Ya, terlepas dari film Deddy Mizwar tersebut, negeri ini memang sangat lucu. Lakon yang diperankan oleh tokoh-tokohnya sesuai dengan kehendak skenario milik sang sutradara, yang bersembunyi entah di mana. Berikut lakon-lakon yang membuat kita tersenyum, entah senyum di kulum, senyum miris, senyum sinis, senyum simpul, senyum mengejek atawa senyum-senyum yang lain:
- Kisah Mas Gayus yang masih berlanjut: pledoinya, paspornya yang aspal, dan misteri-misteri lain yang belum terungkap.
- Para politisi yang nggege mangsa, bicara kepagian mengenai capres 2014. Lha, masih luama banget kok ya sudah mikirin kursi kekuasaan, sementara yang sekarang kerjanya belum maksimal.
- Tukar-guling narapidana di Bojonegoro dengan harga 10 juta. Masalah tidak sesederhana itu, pasti melibatkan banyak aparat penegak hukum. Tukar-guling semacam ini pernah saya baca di bukunya Mas Arswendo yang berjudul Projo & Brojo, yang menceritakan rumit dan peliknya menukar seorang tahanan.
- PSSI menuding Liga Primer Indonesia (LPI) illegal, lha sementara LPI konon direstui oleh petinggi negeri. Untuk Mas Nurdin: sudah deh, anggap saja LPI ajang peningkatan mutu persepakbolaan negeri ini, ikhlaskan saja, toh sampeyan kemarin sudah mencium tangan petinggi negeri, kan. Lagian, apa bedanya LPI dengan pertandingan bola antar RW di peringatan 17-an. Pripun?
- Negeri ini katanya surganya sambel. Segala macam sambel ada di nusantara. Tapi kok harga cabe – bahan utama sambel, harganya terus membumbung menuju langit? Lucunya, petani cabe tidak makin kaya tuh.
Lakon lucu yang lain? Masih banyak…