Ingatan saya memang sangat pendek mas. Saya sudah melupakan berita besar tentang mas Sony keluar penjara untuk nonton pertandingan tenis di Bali tahun lalu, apalagi lalu setiap hari saya dijejali berita-berita mengenai Irfan Bachdim dan Gonzales. Pagi – siang – sore – malam, seakan tiada henti memberitakan kedua lelaki “bule” itu.
Saya sempat berfikir waktu itu, jangan-jangan mas Sony keluar penjara lagi untuk menyaksikan pertandingan final Piala AFF di Malaysia. Tapi, saya tidak tahu pasti apakah selain suka main tenis, mas Sony juga hobi dengan sepak bola.
Semangat nasionalisme 2 X 45 menit berakhir sudah, dengan kekalahan Timnas – meskipun tanding di GBK Timnas menang, di akhir tahun 2010. Lalu, tidak lama setelah itu tersaji berita dari mbak Devina yang konon melihat mas Sony satu penerbangan dengan mbak Devina ke negeri seberang. Yang terjadi kemudian – mudah ditebak, banyak kalangan yang kalang-kabut, cari kambing-hitam, saling menyalahkan, saling mengelak tuduhan siapa yang membantu mas Sony berlenggang-kangkung keluar penjara lagi dan plesir ke negeri jiran.
Lucunya lagi – tentunya dengan sengaja, staf khusus petinggi negeri menampilkan gambar paspor mas Sony. Terus terang saya ketawa loh mas, ketika melihat foto sampeyan. Wagu tenan. Rambut palsu mas Sony itu yang bikin saya ketawa. Penata riasnya beda ya mas dengan waktu mas ke Bali kemarin itu? Ya wis, tidak usah dijawab mas. Toh, dengan penampilan wagu seperti itu, sudah mengecoh banyak orang.
Mestinya, dengan kasus mas Sony itu, para petinggi negeri menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mas Sony. Kasus mas Sony telah dengan cetha wela-wela, sangat jelas menelanjangi betapa lemahnya sistem hukum dan administrasi di negeri tercinta ini.
Dan kini saatnya, pemimpin tertinggi negeri ini mendobrak dan membenahinya secara besar-besaran. Saya yakin, mayoritas rakyat mendukung tetap dengan yel-yel Garuda di Dadaku!
Salam wagu.