Pilih curang atawa jujur?

Sebentar lagi musim ujian nasional yang dilaksanakan secara bergantian antara jenjang SMA, SMP dan terakhir SD. Menjelang musim ujian nasional ada beragam rangkaian kegiatan mulai dari sekolah mengadakan bimbel seusai pelajaran (di sini para murid dipaksa menekuni bermacam material soal ujian), istighosah atawa dizikir bersama, bahkan ada sekolah yang mempersiapkan mental anak didiknya dengan memberikan pembekalan singkat oleh seorang motivator, untuk mengurangi tekanan ujian nasional yang demikian menakutkan para siswa.

Bahkan saking stres-nya mereka (yang akan berujian nasional itu), sering kita dapati peristiwa kesurupan berjamaah.

Di balik itu semua ada kegiatan tersembunyi, diam-diam, namun bukan rahasia lagi karena awam sudah mafhum akan hal ini yakni kasak-kusuk menyusun konspirasi licik bagaimana supaya lulus ujian nasional. Modusnya macam-macam: orang tua murid mencari bocoran kunci jawaban soal ujian atawa malah guru yang sengaja membocorkan dengan alasan supaya sekolahnya bisa lulus 100% (hmm… bergengsi bukan?), ada juga yang menyusun strategi bagaimana untuk ‘sharing’ jawaban sehingga – kalau bisa – murid satu sekolah menikmati bocoran jawaban.  

Lihatlah di sudut-sudut sekolah. Sekelompok murid saling berbisik menyusun rencana untuk berlaku curang. Siapa berperan apa, supaya pengawas ujian nanti nggak memergoki kecurangan mereka. Siswa (apalagi ia termasuk murid yang pandai di kelasnya) yang nggak mau berkonspirasi malah dijauhi, dianggap nggak peduli, dicap sok suci. Duh Gusti, generasi macam apa yang akan dihasilkan oleh negeri ini? Apa gunanya mereka ber-istighosah atawa berzikir toh akhirnya mereka memilih berlaku curang?

Hanya orang yang jujur akan bernasib mujur. Ingat, nasib hari ini akibat perbuatan di masa lalu. Pun, perbuatan hari ini akan menentukan nasib di masa yang akan datang.

Nak, ujian nasional bukan hantu yang menghisap darahmu. Soal-soal yang diujikan hanyalah karya manusia belaka, bukan seperti ujian yang dikirimkan Tuhan untukmu. Tak perlu takut berujian nasional. Nekjika kamu sudah belajar dengan tekun, lalu dengan mantap kamu hadapi ujian nasionalmu, apakah tidak lebih baik kalau hasilnya kita pasrahkan kepada Tuhan? Itulah hakekat tawakal.

Jadi menurutmu, pilih curang atawa jujur saja?