Seandainya secara tiba-tiba Anda bertanya kepada saya tentang urutan nama-nama bulan di kalender Hijriyah, saya akan meringis karena perlu berpikir dan menerka-nerka memberikan jawaban yang benar. Hal ini berbeda nekjika Anda bertanya nama-nama bulan kalender Masehi, jawaban Januari hingga Desember akan sangat mudah terjawab.
Tanya kenapa?
Mungkin saya nggak begitu peduli dengan kalender Hijriyah, apalagi sehari-hari menggunakan penanggalan kalender Masehi. Bahkan tanpa sadar, tahu-tahu sudah memasuki lagi bulan Ramadhan, sebuah bulan yang difavoritkan oleh kaum muslim. Kesadaran yang lain ketika melihat angka merah pada kalender Masehi. Hal itu pun belum mengetahui persis kenapa tanggal tersebut diwarnai merah. Namun begitu melihat keterangan di bawah kalender baru tahu kalau tanggal itu, misalnya, 27 Rajab, 1 Syawal, 10 Dzulhijjah dan sebagainya.
Besok, tepatnya nanti pas matahari terbenam kita memasuki tahun baru Hijriyah 1434, tanggal 1 Muharram. Ya, kalender Hijriyah menggunakan perhitungan perputaran bulan, sehingga awal hari dimulai saat matahari tergelincir ke ufuk barat.
Siapa sih yang menetapkan awal mula kalender Hijriyah?
Syahdan, Khalifah Umar bin Khattab mendapatkan sebuah masalah administrasi di dalam pemerintahannya, terutama dalam hal surat-menyurat. Saat itu, negeri Islam sudah semakin luas sehingga untuk komunikasi antara pemerintahan pusat dan daerah salah satunya dengan korespondensi surat. Suatu ketika, Khalifah menanyakan ke salah satu gubernurnya kenapa salah satu suratnya belum dijawab. Gubernur menjawab, kalau ia bingung mau menjawab surat yang mana dulu, karena yang tercatat di agendanya surat-surat tersebut ada yang tak bertanggal, kalau pun ada tanggalnya, masing-masing wilayah menandai urusan muamalah mereka dengan kalender lokal yang, tentu saja, seringkali berbeda sistem penanggalannya.
Sebelum masalah tersebut menjadi berlarut, pada tahun ke-17 sesudah hijrahnya Kanjeng Nabi dari Mekkah ke Madinah, Khalifah Umar memanggil para sahabat untuk menentukan suatu sistem penanggalan yang akan disepakati dan diberlakukan secara menyeluruh di semua wilayah kekuasaan Islam. Diskusi berlangsung hangat, karena masing-masing sahabat mempunyai pendapat bagaimana penentuan awal perhitungan kalender Islam. Apakah ditentukan dari tahun kelahiran Kanjeng Nabi? Apakah dihitung mulai tanggal wafatnya Kanjeng Nabi? Atawa, saat Kanjeng Nabi menerima wahyu pertama kali? Atawa saat Kanjeng Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah?
Akhirnya majelis yang dipimpin Khalifah Umar itu menetapkan kalender Hijriyah berdasarkan hijrah Kanjeng Nabi dari Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun (menambahkan bulan ke-13 atawa lebih tepatnya memperpanjang satu bulan tertentu selama dua bulan pada setiap sekitar 3 tahun agar bulan-bulan komariyah tersebut selaras dengan perputaran musim atawa matahari).
Pemilihan peristiwa hijrah Kanjeng Nabi sebagai awal penanggalan sistem kalender Islam memiliki makna yang amat dalam. Hijrah dapat diartikan sebagai pengorbanan demi kebenaran dan keberlangsungan risalah Rasulullah. Hijrah diperintahkan langsung oleh Allah SWT, sehingga ia merupakan ilham ilahiyah. Peristiwa hijrah juga mengajarkan kepada manusia bahwa peperangan antara kebenaran dan kebatilan akan berlangsung terus.
Tanggal 1 Muharram tahun 1 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622. Ada pun nama ke-12 bulannya adalah Muharram, Shafar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa’idah dan Dzulhijjah.
Selamat tahun baru 1434 Hijriyah, semoga makin banyak kebaikan yang kita perbuat di tahun depan. Semoga pula, kita diberi kemudahan pergi ke Mekkah dan Madinah, baik untuk berhaji atawa berumroh dan juga berkesempatan menginjakkan kaki kita di Tanah Haram di mana penetapan kalender Hijriyah dilaksanakan oleh Khalifah Umar bin Khattab.