Amanah

… amanah dedek tetap ada ditangan Abi dan Ummi. Kelak, Allah hanya akan meminta pertanggungjawaban dari Abi dan Ummi, bukan yang lainnya…. Ummi, ingat ya! Sekalipun Ummi sanggup membayar guru sehebat apapun, sanggup menyekolahkan ke pesantren paling wokeih sekalipun, sanggup membayar pembantu setinggi apapun…. Tetap sentuhan kasih sayang dan pendidikan dari Abi dan Ummi akan membuat dedek menjadi orang yang berbeda. Kelak, Allah lah yang akan mengganti seluruh pengorbanan Abi dan Ummi, termasuk memberi sanksi saat Abi dan Ummi melalaikan dedek…

dikutip dari blog milik seorang Ummi from Salatiga

Dalam ritual perenungan malam, saya sering mbabar jati diri dalam eka-wicara sambil membayangkan kehidupan saya paska kematian saya nantinya. Karena kematian adalah keniscayaan, maka kewajiban saya mengumpulkan bekal amal soleh sebanyak-banyaknya. Saya nggak mau masuk surga sendirian, kurang asyik. Di dalam surga dengan keluarga besar (maksudnya sampai ke anak-cucu) tentu suasananya jauh lebih indah dan meriah1.

Tapi upaya apa yang sudah saya lakukan untuk bisa ke surga bersama-sama keluarga besar saya?

Setiap manusia yang sudah berkeluarga tentu mendambakan sebuah rumah yang menenteramkan hati semua penghuninya. Tolok ukur paling sederhana jika anggota keluarga merasakan: rumahku surgaku.

Saya ingat kata seorang kawan mengenai sebuah konsep ayah yang baik. Menurut kawan saya itu, ayah yang baik bukan ayah yang menasihati anaknya supaya berbuat baik, namun ayah yang baik adalah ayah yang berbuat baik sehingga anak-anaknya meneladani perbuatan baik ayahnya itu. Singkatnya, jangan omong doang. Contohnya, ia menyuruh anaknya shalat, sementara ia asyik menonton televisi.

Dan sampai saat ini saya selalu belajar untuk menjadi ayah yang baik bagi anak-anak saya.

~oOo~

Ketika membaca tulisan seorang Ummi from Salatiga di atas saya merasa diingatkan kembali bahwa nanti Gusti Allah akan meminta pertanggungjawaban saya perkara amanah yang diberikan-Nya berupa dua ‘dedek’ yang manis-manis.

‘Dedek’ yang diamanahkan kepada Abi dan Ummi kini sudah menjelma menjadi dua anak gadis. Hmm, menjaga anak gadis ibarat membawa segelas kopi susu yang panas. Dipegang tangan tersengat panasnya, dilepas gelas pecah dan tumpah semua isinya. Untung saja para waskita mengajarkan kepada kita, jika membawa segelas kopi susu yang panas gunakan tatakan di bawahnya.

Tatakan itu bernama iman. Memang, hanya iman yang kuat yang dapat membentengi diri dari perbuatan yang tercela. Anak soleh/solehah hanya bisa dihasilkan dari orang tua yang soleh/solehah pula.

Kalau sudah begitu, asyik banget kan bisa sama-sama berkumpul bersama di surga-Nya.2

Catatan kaki:
1Said bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. bahwa jika seorang masuk surga, ia akan menanyakan tentang orang tuanya dan anak keturunannya. Ketika disampaikan bahwa mereka tidak pada derajat yang sama dengannya, maka orang tersebut meminta dipersatukan. Allah kemudian memerintahkan untuk menyertakan mereka dengan orang itu. (HR. Thabarani)
2Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.(QS. Az-Zumar: 15)