Payung

Hujan hampir saban hari turun, dan benda yang sangat kita butuhkan untuk melindungi tubuh dari hujan adalah payung. Tapi tahukah kita, ternyata keberadaan payung mempunyai sejarah yang cukup panjang. Konon, ketika orang Inggris menamai payung dengan umbrella menyerap dari bahasa Latin, umbra yang berarti tempat teduh.

Sejak tahun 12 SM, para bangsawan Mesir maupun Tiongkok menjadikan payung sebagai atribut kebangsawanan mereka. Waktu itu, payung termasuk jenis benda yang sangat mahal dan langka. Selain itu, payung juga sangat berat sehingga harus ada orang khusus yang memegangi atawa membawakannya. Setidaknya hal ini bisa kita lihat pada gambar-gambar kuno, di mana para raja atawa bangsawan tersebut diiringi budak/prajurit pembawa payung yang tugasnya melindungi majikan dari hujan dan sengatan matahari. Betapa jumawa para bangsawan yang berjalan di bawah payung, sehingga payung menjadi status kehormatan seseorang.

Raja-raja Jawa nggak mau ketinggalan, juga memanfaatkan payung. Mungkin saking langkanya keberadaan payung saat itu, sampai-sampai payung menjadi benda pusaka kerajaan. seperti halnya kereta kencana kendaraan dinas para raja tersebut.

Di Eropa, pada abad XVII payung semakin memasyarakat setelah teknik pembuatannya lebih maju dengan berbahan baku murah. Atap payung dari kulit diganti dengan kain yang ringan, termasuk rangka dan tongkat pegangan diganti dengan bahan ringan, sehingga bantuan untuk membawa payung tak diperlukan lagi.

Dalam perkembangannya, payung mempunyai model, warna dan bentuk yang bermacam-macam. Satu orang kadang mempunyai lebih dari satu payung: di rumah tersedia payung, di tas tersedia payung, di kendaraan tersedia payung. Begitu hujan atawa kepanasan, dengan mudah mendapatkan payung.

Di Nusantara, penggunaan payung tak hanya untuk melindungi dari hujan dan teriknya matahari, dalam adat budaya payung dipakai untuk pelengkap tari-tarian, upacara kematian atawa upacara adat lainnya, juga sebagai hiasan belaka.

Di musim hujan seperti ini, payung dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk mendapatkan penghasilan, yakni ojek payung. Orang yang mempunyai payung rela berbasah-basahan berjalan di samping atawa di belakang orang yang menyewa payungnya.

Sedia payung sebelum hujan, mBak Bro.