Ibu orang yang baik

Sebuah renungan di Hari Ibu.

Niscaya ibuku adalah orang yang baik. Setahuku, ia sangat disayang oleh Tuhan. Nyatanya setiap aku minta doa restu – entah datang langsung bersimpuh di kakinya atawa hanya sekedar via telepon saja – ia dengan tulus ikhlas tanpa syarat dan ketentuan berlaku, mendoakan anaknya dan kok ya semua doanya dikabulkan Tuhan. Kalau ia bukan orang yang baik, mana mungkin Tuhan mengabulkan doa-doa ibu demikian cepat.

Hampir setengah abad perkawinan ibu dengan bapak, sesungguhnya ibu banyak mengalah. Ibu tak pernah menjadi pencetus pertengkaran keduanya. Ia lebih memilih diam dari pada meladeni kemarahan bapak. Apakah ibuku seorang yang lemah? Rasanya tidak. Ia perempuan tegar. Padahal dari banyak pertengkaran yang terjadi bapaklah sumber malapetaka permasalahan yang terjadi di rumah tangga mereka.

Setahuku, tak pernah mereka bertengkar masalah ketidaksetiaan satu dengan lainnya. Kebanyakan masalah tetek bengek yang sepele. Perkelahianku dengan teman misalnya, bapak akan menghakimi ibu tak bisa menjaga anaknya sehingga aku keluar rumah tanpa izinnya, begitu pulang rumah wajahku sudah babak belur. Atawa ketika nilai sekolahku jeblok, dengan entengnya bapak akan menyalahkan ibu karena tak becus mengawasi belajarku.

Masih banyak lagi, hal-hal sepele seperti itu yang semua ditimpakan ke atas pundak ibu.

Semua diterima ibu dengan legawa. Ibu ikhlas betul bahwa bapak adalah jodoh dipilihkan Tuhan untuknya. Tapi entahlah, aku tidak tahu isi hati ibu yang sesungguhnya. betul cinta kepada bapak, atawa hanya menjalani takdirnya belaka?

Tidakkah sekali saja di hati ibu pernah terbersit membandingkan bapak dengan lelaki lain, membandingkan kekayaannya atawa membandingkan kebaikannya? Bukankah ibu juga sebagai manusia biasa, sehingga sebetulnya hal wajar jika ia ingin mendapatkan hal yang lebih dari suaminya itu?

Ibu orang yang baik. Setidaknya di mataku. Ia istri yang baik bagi suaminya. Ia menantu yang disayang mertuanya. Ia juga menjadi kakak ipar yang menyenangkan bagi kakak dan adik-adik bapak. Ia jadi bude sekaligus bulik yang dihormati oleh para keponakannya.

Bahkan setelah bapak tiada. Ibu dengan setia hadir di pusara bapak untuk panjatkan doa terbaiknya.

Karena ia orang baik itulah, maka Tuhan sayang kepada ibu.