Pancasilaku tak sakti lagi

Setiap kali mendengar sila-sila dalam Pancasila, batin saya tak bosan mengatakan hebat betul para pendiri bangsa ini. Mereka yang menyusun Pancasila tahu betul sejarah panjang bangsa Indonesia. Sebuah bangsa yang tersebar dalam rangkaian kepulauan, yang otomatis bangsa itu terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, budaya, keyakinan, dan keragaman yang lain. Meskipun demikian, toh bangsa ini telah menyatakan diri sebagai bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

Namanya Pancasila yang berarti lima dasar. Inilah yang saya sebut hebat betul para pendiri bangsa yang secara brilian memampatkan dasar berbangsa dan bernegara menjadi lima poin saja. Tentu kita masih ingat apa saja kelima dasar tersebut, apalagi ketika kita berada di bangku sekolah setidaknya saban hari Senin bersama-sama membaca Pancasila.

Ketuhanan yang Mahaesa. Saya terkagum-kagum dengan kalimat ini. Bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak keyakinan, di mana masing-masing keyakinan itu mempunyai sebutan tersendiri kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Tak perlu memperdebatkan siapa yang disebut Sang Pencipta Alam Semesta, karena nggak bakalan ketemu dan disepakati bersama, masing-masing bertahan pada versi dan pendapatnya. Tokcer betul dengan mengikatnya menjadi Ketuhanan yang Mahaesa.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Lagi-lagi, saya mesti mengacungkan dua jempol untuk penyusunan kalimat di sila kedua ini. Adil dan beradab, sebuah syarat yang sangat gamblang pengertiannya. Adil tidak berarti harus sama besar atawa sama bobotnya, sebab adil berarti menempatkan sesuatu sesuai dengan porsinya. Adil yang menyangkut kemanusiaan hanya bisa dilaksanakan hanya dengan cara beradab.

Persatuan Indonesia. Sangat lugas dan tegas, tak memerlukan penjelasan atawa interpretasi. Bangsa Indonesia harus bersatu, nggak boleh terpecah-belah. Pamali, bahkan biasa kualat nekjika memisahkan diri dari NKRI.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Biyuh-biyuh, darimana datangnya ide sehingga kalimat ini. Bijaksana dalam bermusyawarah, nggak perlu unjuk rasa berdarah-darah. Tenang saja, ada para wakil rakyat yang bekerja memikirkan nasib rakyat dan kemajuan bangsa ini.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Hebat! Lagi-lagi pengertian kalimat tersebut demikian gamblang. Di mana pun Anda tinggal, berasa ada di Indonesia, bukan berada di kepulauannya. Sejauh mata memandang adalah bumi Nusantara yang gemah ripah loh jinawi.

Sayang sekali, Pancasila mulai dilupakan rakyat Indonesia. Jangankan memahami dan mengejawantahkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sila-silanya saja tak hapal semua.

Pancasila tak sakti lagi, dan hal itu akibat ulah kita juga. Kita? Lu, ‘kali…