Randédit #2

Bel tanda jam kantor usai berbunyi sepuluh menit yang lalu. Mas Suryat belum beranjak dari kursi dan masih asyik di depan laptopnya. Satu-persatu stafnya pamitan pulang. Tapi sepintas ia melihat ada seorang stafnya yang bolak-balik berjalan di depan ruangannya.

Dan tiba-tiba stafnya itu mengetuk pintu dan mohon izin untuk menghadap. Mas Suryat bisa membaca mimik muka stafnya, tanda seorang yang tengah galau tingkat dewa.

“Sudah, tu de poin saja. Kamu lagi punya kesulitan apa?”

“Saya besok mesti bayar kuliah anak, pak. Sudah ke mana-mana cari pinjaman. Saya memberanikan diri menghadap bapak untuk pinjam uang.”

“Berapa yang dibutuhkan?” read more

Pulang malu, tak pulang rindu

Beberapa hari ini lalu-lintas jalan dari rumah ke kantor macetnya sedang lucu-lucunya. Untuk menyiasatinya, saya menggunakan motor. Selain bisa nyelap-nyelip di sela-sela kendaraan besar juga memudahkan mencari jalan tikus alternatif.

Tetapi kalau sedang malas kendarai motor sendiri, saya akan nge-grab untuk rute perjalanan ke kantor, dan ketika pulang kantor mbonceng teman (pesan transportasi online sekitar kantor saya susah sekali terdeteksi). Selama nge-grab saya selalu ngobrol dengan  mas Biker sambil menunggu antrian motor kembali berjalan di tengah kemacetan. read more

Putri Johar Manik

Kerajaan Baghdad sibuk sekali pagi itu. Mereka tengah mempersiapkan keberangkatan Raja Abbas yang akan berangkat beribadah haji ke Tanah Suci. Seluruh keluarga besar kerajaan berkumpul di balairung istana untuk melepas kepergian junjungan mereka.

Di tengah hingar-bingar upacara pelepasan keberangkatan, Raja Abbas memanggil putri bungsunya, Johar Manik. Gadis cantik usia belasan tahun itu pun segera bersimpuh di depan ayahnya.

“Anakku, selama aku tinggal beribadah haji di Tanah Suci tetaplah belajar pada Guru Mustakim. Aku berharap ketika pulang nanti engkau telah menyelesaikan pelajaranmu.” read more