Ora becik yen tinggal glanggang colong playu

Cakruk ronda di ujung jalan masuk kompleks perumahan terlihat ramai. Tadi malam jatah ronda kelompoknya Mas Suryat, Kang Cecep, Pak Rudi dan Bang Bonar. Tipi dua puluh satu inchi yang berada di cakruk itu sedang menyiarkan talk show, yang sedang membahas perkara tertangkapnya Ibu Jambul di Thailand beberapa hari lalu. Ibu Jambul diduga melakukan korupsi, lalu ia melarikan diri selama berbulan-bulan di negeri orang. Arkian, Ibu Jambul ini sudah beranak-cucu dan usianya kira-kira enam puluh tahunan.

“Apa enaknya melarikan diri ya? Saban hari di pengasingan hatinya pasti ketar-ketir. Meskipun katanya di tempat persembunyiannya Ibu Jambul masih sempat plesiran di mal mewah,” tukas Pak Rudi.

“Itu namanya tinggal glanggang colong playu, Pak Rudi. Menghindari sebuah tanggung jawab terhadap perkara yang pernah dilakukan seseorang,” sahut Mas Suryat.

“Lah, jurus seperti itu kan jamak dilakukan oleh para koruptor to Mas?” tanya Pak Rudi.

“He…he… dan ditambah dengan pura-pura sakit!” kata Bang Bonar sambil menyeruput kopi hitamnya.

“Iya, saya tak habis mengerti. Pak Klimis mestinya kan tahu kalau tindakan istrinya itu salah. Kenapa ia menutup-nutupi ya?” sela Kang Cecep.

“Siapa itu Pak Klimis, Kang?” tanya Pak Rudi.

“Halah…. kau Pak Rudi, masak nggak tahu. Pak Klimis itu suami Ibu Jambul-lah…!” sergah Bang Bonar.

“Ooo…,” kata Pak Rudi paham.

“Mungkin itu maunya Pak Klimis. Istrinya ditangkap lalu dipulangkan ke tanah air, daripada mengikhlaskan diri menyerahkan istrinya kepada penegak hukum,” kata Kang Cecep.

“Seandainya Ibu Jambul atawa siapa pun koruptor itu tidak melakukan tinggal glanggang colong playu, lalu secara ksatria mengakui kesalahannya, paling divonis hakim 5 tahun. Taruhlah dengan menggandeng pengacara kondang, setelah mengajukan banding dapat diskon 1 tahun, tinggal menjalani masa tahanan 4 tahun,” papar Mas Suryat.

“Nah, selama berada di tahanan, bisa sering bertemu keluarga. Bisa mendapatkan kamar sekelas hotel bintang, saban tahun mendapatkan remisi dan setelah menjalani dua per tiga masa tahanan, sudah bisa lenggang kangkung di alam bebas. Dan apa yang telah dijalaninya tersebut akhirnya menjadi masa lalunya. Nekjika, Ibu Jambul dulu memilih jalan ini, saya kira saat ini ia sudah menikmati canda dengan para cucunya,” lanjutnya.

“Betul itu! Contohnya Cik Ayin tuh,” sahut Bang Bonar.

“Taruhlah Ibu Jambul melarikan diri selama dua tahun. Rasanya, masa pelarian dua tahun nggak sebanding dengan nilai uang yang dikorup, dengan malu yang ditanggung oleh suami, anak-mantu serta cucu-cucunya, dengan ketenangan batin yang dirasakan selama bersembunyi dan sebagainya dan sebagainya,” ujar Pak Rudi.

Babak baru drama Ibu Jambul baru saja dimulai dari pembaringannya di sebuah rumah sakit.

Tunggu saja.

~oOo~

Note: Tulisan ini untuk menyemarakkan Gerakan 30 Hari Menulis (G30HM). Minggu 2: #7