Ngrasani Juragan Besar

“little little to me, little little to me, salary no up up!” demikian seloroh seorang teman pada suatu sore. Kalau kalimat bahasa inggris tersebut diterjemahkan kira-kira begini : dikit-dikit aku, dikit-dikit aku, gaji nggak naik-naik. Siapapun tidak bisa menyangkal kalau teman yang satu ini sangat loyal kepada perusahaan dan bosnya. Tapi karena perusahaan tidak mempunyai standar baku dalam menentukan job desc karyawannya, maka si bos bebas menyuruh siapapun untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Nah, karyawan yang rajin dan cepat dalam membereskan suatu masalah, biasanya akan selalu mendapatkan pekerjaan tambahan lain dari si bos. Bahkan untuk urusan rumah tangga si bos, harus teman ini pula yang mengerjakannya. Sialnya, penambahan volume pekerjaan tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan gaji.

Seloroh teman yang lain misalnya menggunakan istilah“esuk tempe sore dele” untuk menilai ketidakkonsistenan si bos. Arti kalimat tersebut : pagi tempe sorenya (menjadi) kedele. Namanya juga bos ya, suka-suka dia. Mau membuat kedele jadi tempe atau tempe jadi kedele, terserah dia. Wong dia yang punya perusahaan toh.

Sementara, seorang teman yang mempunyai back ground pendidikan hukum, tidak mau kalah. Katanya begini, “Ingat, aturan bos itu cuma ada 2 saja. Aturan pertama: bos tidak pernah salah dan aturan kedua: kalau bos salah, lihat aturan pertama!”

Enak ya jadi seorang bos?