Naga Kuning

Tanggal 14 Mei, Lily sedang dalam perjalanan ke bekas daerah bisnis utama Jakarta, untuk bertemu direktur Bank Makmur Mandiri, badan keuangan perusahaannya. Ada kemungkinan bank sentral Indonesia mengabil alih Bank Makmur Mandiri yang gagal melunasi pinjaman. Bulan November lalu, Bank Indonesia telah menutup enam belas bank dan melalukan merger terhadap bank-bank yang lebih dapat diandalkan. Jika pemerintah mengambil alih Bank Makmur Mandiri, rusaklah kebanggaan dan reputasi Naga Kuning. Oleh karena itu, Lily memutuskan menghadiri rapat di kantor pusat banknya itu pukul sebelas pagi, guna membicarakan solusinya. Ponselnya berdering.

“Halo!” Peter menelepon dari kantor utama di Jalan Sudirman, seusai membahas beberapa masalah dengan direktur departemen ekspor. “Menurutku menghadiri rapat itu bukan ide yang baik. Kantor pusatnya terletak di Kota, yang didiami banyak warga keturunan Tionghoa. Akan lebih banyak mahasiswa turun ke jalan-jalan dan Kota bisa menjadi sasaran utama kekacauan. Tadi pagi aku nonton berita di CNN tentang empat mahasiswa yang tertembak di Trisakti. Aku mengkhawatirkan keselamatanmu. Batalkan pertemuan itu!”

“Tidak bisa Peter. Mereka sudah menungguku di ruang rapat. Aku akan berhati-hati dan segera kembali ke kantor. Asrul sopir yang baik dan cukup kenal baik daerah ini. Jangan khawatir. Terima kasih atas perhatianmu.” Lily menutup telepon.

-//-

Ketika mobilnya memasuki persimpangan Harmoni, Lily melihat kerumunan orang di Jalan Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Sepertinya sedang ada pesta besar jalanan saja. Mobilnya tak bisa maju. Lily mulai gemetar dan gelombang ketakutan melandanya. Ia mendengar orang-orang berteriak.

“Rampok toko-toko! Bakar bangunan-bangunan!” Sejumlah besar orang mulai bertindak menuruti perintah itu.

-//-

Gajah Mada yang memiliki tiga jalur jalanan macet total. Orang-orang berlarian dan menari di jalanan. Beberapa makan roti dan minum minuman bersoda sambil menari-nari. Mungkin selama ini mereka jarang makan roti dan minum itu. Semua itu kemewahan bagi mereka, yang mereka curi dari Holland Bakery. Orang-orang mengambil apa saja yang bisa ambil dari toko-toko. Dunkin Donuts porak-poranda. Semua jendela rusak. Semua donat lenyap. Supermarket Gelael pun dijarah. Orang-orang bergegas masuk dan menjarah apa saja: susu, beras, makanan kaleng, makanan ringan, dan apa saja yang bisa diangkut.

Mengherankan, orang-orang menjadi sekuat Herkules. Seorang pria menggotong kulkas sendirian, pria yang lain membopong televisi, pria yang lain lagi menggondol komputer. Mereka berlomba mencuri apa saja dan menyimpan barang-barang itu di mobil curian, gerobak, atau kereta belanja. Lily menyaksikan penjarahan terbesar yang bisa ia bayangkan. Jakarta menjadi hutan rimba, tanpa aturan dan peradaban.

-//-

Tidak ada jalan keluar, di setiap bagian Jakarta terjadi kerusuhan dan kebakaran. Asrul berpikir sebentar untuk menemukan rute alternatif. Lalu ia memutuskan pergi ke bagian utara Jakarta yang ia harapkan aman. Dia menyetir mobil perlahan, merayap bersama mobil-mobil yang juga berputus asa mencari keselamatan, menuju daerah Pluit. Ia berencana masuk tol di pintu masuk Pluit.

Mobil itu hampir mencapai daerah Pluit ketika Lily melihat beberapa wanita Tionghoa berbaris di jalanan. Mereka dilecehkan oleh pria-pria pribumi yang menciumi dan meraba-raba tubuh wanita-wanita itu. Lily gemetar saat lima orang menghentikan mobilnya.

-//-

“Kamu Tionghoa dan cantik pula. Keluar dari mobil!” teriaknya.

Lily tidak bergerak. Tangan pria itu mencengkeram lengannya dan memaksanya keluar. Lily tersandung dan tubuhnya menghantam aspal.

“Bangun!” Salah satu dari mereka meneriakinya.

Lily tidak bisa bergerak. Hatinya berdegup kencang. Dia teringat peringatan Peter agar tidak pergi ke rapat itu dan sangat menyesal tidak menuruti nasihatnya.

~oOo~

Artikel di atas cuplikan novel berjudul Naga Kuning, sebuah novel berlatar kerusuhan Mei 1998. Novel ini mengisahkan Lily Kho seorang wanita Tionghoa, putri tunggal konglomerat kaya raya yang hidup bagai putri raja. Namun, kebahagiaan masa mudanya terenggut saat ia menjadi korban kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Berbagai siksaan fisik dan psikologis yang teramat memilukan.

Lily harus mengumpulkan semangat dan kekuatannya agar bisa kembali meneruskan hidup. Kemelut cinta, pengkhianata, usaha pembunuhan, dan intrik-intrik bisnis juga dilalui Lily untuk mengibarkan kembali keberhasilan dinasti perusahaan Naga Kuning yang didirikan almarhum papanya.

Novel ini karya Yusiana Basuki, semula ditulis berbahasa Inggris dengan judul The Yellow Dragon, diterjemahkan dan disunting ke bahasa Indonesia oleh Valentina Sirait. Diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo (2011), setebal 337 halaman.