Mustakaweni ikutan kontes Miss World

Mustakaweni adalah Miss Manimantika. Ia memenangkan kontes kecantikan yang digelar oleh ayahandanya Prabu Bumiloka dari negara Manimantika, tentu saja, sebagai Miss Manimantika ia berkategori 3 B: Beauty, Brain &  Behaviour.1 Sebagai seorang Miss, wajib baginya untuk mengikuti kontes Miss World apalagi untuk tahun ini kontes kecantikan tersebut digelar di negaranya, Manimantika.

World yang dimaksud di sini adalah dunia Wayang Slenco. Peserta Miss World berasal dari banyak negara, baik negara besar maupun negara kecil seperti Hastinapura,  Gandara, Mandura, Mandaraka, Awangga, Wirata, Pancala, Dwaraka, Kasi dan sebagainya. Sebagai penguasa negara Manimantika Prabu Bumiloka mendukung penuh pelaksanaan Miss World tersebut di negaranya, sebuah negeri multi etnis. Pertimbangan utama Sang Prabu, penyelenggaraan Miss World dapat mempromosikan budaya dan obyek wisata Manimantika ke dunia Wayang Slenco.

Sayangnya, rakyat Manimantika tak bersuara bulat mendukung perhelatan akbar kontes kecantikan tersebut. Mereka yang menolak kontes ratu ayu sejagat itu rata-rata mempermasalahkan pakaian yang akan digunakan para peserta. Majlis Penjaga Moral Manimantika, misalnya, menguatirkan para peserta kontes kecantikan itu akan mengumbar aurat, disorot puluhan kamera dan ditonton oleh jutaan rakyat Manimantika. Bahkan ormas Front Pembela Tubuh Tertutup mengancam akan membubarkan kontes jika tetap nekat dilakukan di Manimantika.

Mustakaweni – atas nama kehormatan sebagai Miss Manimantika – segera tanggap atas kontroversi Miss World yang terjadi di berbagai kalangan rakyatnya. Dengan kecerdikannya, ia segera melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh yang berpengaruh di negerinya, dan tak henti-hentinya ia mengajak media massa untuk menyiarkan dampak positif kontes ratu sejagad itu. Siapa tahu, kalau nasibnya sedang mujur, ia dinobatkan menjadi Miss World.

Tak semua tokoh berhasil ditaklukkan oleh Mustakaweni. Ia terkejut ketika mendapatkan penilaian sinis dari seorang tokoh.

“mBak Wenny, tolong kasih tahu ke saya secara konkrit apa manfaat kontes Miss World bagi rakyat Manimantaka. Bayangkan saja, saat ini sekolah saja susah, untuk berobat juga sulit. Ajang ini tidak memiliki sensitifitas sosial sama sekali. Memamerkan kecantikan fisik, kemolekan tubuh, pesta pora, gaya hidup glamor dan hedonis. Sementara masih ada jutaan anak-anak yang hidup dalam kelaparan. Jelas hal ini sangat melukai rasa keadilan, bertentangan dengan prinsip dasar kehidupan bernegara kita yang mengedepankan kebersamaan dan kesetiakawanan sosial!”2

Mustakaweni gelagapan. Seandainya pertanyaan tersebut disampaikan oleh juri di atas panggung, betapa malunya ia tanpa bisa menguasai perasaannya dan dapat dipastikan ia tak mampu menjawab pertanyaan tersebut secara brilian. Tapi bukan Mustakaweni nekjika tak mampu menangkis pertanyaan dan pernyataan tersebut.

“Bapak yang terhormat. Namanya kontes ratu ayu, tentu saja, kontes tersebut akan memamerkan kecantikan fisik dan kemolekan tubuh. Kalau masalah kelaparan, mestinya nggak ada hubungannya babar blas dengan pagelaran ratu ayu ini. Tapi kami – para putri – sangat berempati dengan kondisi tersebut. Di negara manapun, tak hanya di Manimantika, masih ada orang lapar, orang miskin, masih banyak ketidakadilan. Kami jamin di kontes ini nggak ada bikini-bikinian, tak ada ukur-mengukur alat vital atawa tes keperawanan seperti yang dilakukan oleh negeri sebelah terhadap murid-murid sekolah mereka.”

Waktu terus berputar. Akhirnya, kontes ratu sejagad benar-benar dilaksanakan di Manimantika. Bukan di ibukota, namun di salah satu pulaunya. Dengan penjagaan yang sangat ketat, tentu saja.

Catatan kaki:
1Mustakaweni pernah saya tampilkan dalam lakon Dendam Mustakaweni
2Saya mengutip ucapan seorang tokoh dengan sedikit modifikasi