Amazing Fay: Bikin Bolong

Fay punya “hobi” yang kadang muncul, kadang terlupakan. “Hobi”-nya terbilang tidak biasa, mengorek-orek tembok kamarnya sampai bolong atau membuat bolong celana panjang atau jilbabnya dengan gunting. Tembok dan pakaiannya pun jadi rusak, hingga membuat kami kelabakan.

Kalau tembok kamar digarapnya pada malam hari, saat dia wajib masuk kamar pada pukul 20.00. Terserah, dia mau langsung tidur atau nggak, yang jelas, pada pukul 8 malam harus masuk kamar. Ternyata saat itu dimanfaatkannya untuk mengorek-ngorek tembok kamarnya dengan alat bantu maupun tanpa bantuan peralatan.

Terkadang, dia mengorek tembok menggunakan kunci lemari, colokan listrik obat anti-nyamuk elektrik, atau paku yang ditemukannya di kamar. Kalau tidak ada alat, dia nekat mengorek tembok dengan kukunya. “Kreatif” juga ya? Mirip tokoh di film McGyver. Bedanya, ini untuk membuat kerusakan.

Dalam satu malam, dia membuat satu lubang kecil di tembok, tapi karena digarap terus setiap malam, dalam seminggu, lubang itu tampak menganga, menampakkan bata-batanya. Kalau sudah begitu, ayah pun langsung menambal bolong itu dengan adukan semen.

Karena kegiatan membolongi tembok itu terus berulang (tanpa bisa dicegah atau dimintai pengertian karena sudah membuat kerusakan), alhasil tembok kamar pun penuh “hiasan” tambalan semen hasil karya ayah.

Nah, kalau “hobi” membolongi baju, jilbab, atau celana panjang (Fay sehari-hari sekolah menggunakan celana panjang), dilakukannya saat kami lengah dengan benda tajam, seperti gunting, pisau, atau cutter. Saat dia berkeinginan membuat bolong pakaiannya, dalam sekejap gunting yang sedang nganggur di meja, diambilnya, lalu … sret! Jilbab pun bolong. Ini dilakukannya di rumah ataupun di sekolah, di depan teman-teman dan gurunya.

Pernah, celana panjangnya bolong di bagian pahanya dengan cara dicabuti helai demi helai kainnya, setiap menit, setiap jam, setiap saat. Sepertinya, kegiatan membuat pakaiannya tidak mulus lagi itu menjadi kegiatan yang mengasyikan baginya.

Maka, kami pun rajin belanja pakaian Fay, terutama untuk ke sekolah (Fay sekolah tidak memakai seragam, melainkan pakaian bebas). Karena pesimis, toh akhirnya dalam waktu singkat, baju, jilbab, dan celana panjangnya bakal rusak lagi, kami berburu baju untuk Fay di “pasar kaget” supaya harganya miring.

Tapi belakangan ini, hobi membolonginya agak berkurang intensitasnya, kecuali jika menemukan gunting di sekolah. Baju kaos lengan panjang hitamnya diguntingnya. Rupanya, baju kaos hitam itu sudah tampak usang.

Aha! Kami sekarang menemukan polanya. Fay merusak barang atau benda miliknya, saat dia tak menghendakinya lagi. Misalnya, kalau sudah mulai tampak usang atau sudah lewat masanya. Seperti celana panjangnya waktu SD.

Saat ada barang yang (menurutnya) sudah tidak layak pakai, dia akan merusak atau membuangnya. Tak peduli itu barang milik kami, orang tuanya. Diberi pengertian pun, jawabannya cuma “iya, iya!” Tapi, sebenarnya tidak mengerti atau tepatnya tidak peduli, bahwa kami menyayangkan jika sampai merusak barang.

Jadi, kalau tembok dia bolongi, berarti kamarnya sudah tak layak pakai? Yah, memang, tembok kamar Fay masih darurat. Belum dihaluskan. Juga belum dicat. Mungkin dia ingin agar kami segera merenovasi rumah sederhana kami. Sabar ya Fay? Mudah-mudahan ada rezeki dari “langit” :Ð

~oOo~

Tulisan ringan tentang Fay di atas ditulis oleh orang tua dari Fairuz Khairunnisa (Fay, nama panggilannya) yang sejak usia 2 tahun ia didiagnosis menyandang autisme. Kisah keseharian Fay oleh Efin Fintiana (ibu) dan Tian Arief (ayah) dibikin catatan harian dalam sebuah blog http://amazingfay.blogspot.com yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul Amazing Fay.

Kalau membaca seluruh isi buku ini, kita akan mengetahui betapa luar biasanya pengorbanan, kesabaran, cinta kasih dan rasa sayang ayah dan ibunya Fay. “Tugas kami kini hanyalah membekali Fay, agar kelak sepeninggal ayah dan ibunya, dia bisa mandiri, mempunyai penghasilan sendiri untuk menghidupi dirinya sendiri. Karena kami ingin Fay hidup layak sesuai martabat kemanusiaannya. Amin,” demikian kata orang tua Fay dalam pengantar buku.

Bikin Bolong adalah salah satu kisah yang terdapat di buku yang diterbitkan oleh Lintas Kata (2013) tersebut. Buku setebal 128 halaman ini penuh dengan kisah keceriaan, keharuan dan menakjubkan dari Fay yang lahir 26 Februari 1998 itu.

Masalahnya Fay ini memang luar biasa istimewanya. Beda banget dengan anak yang lain. Coba, mana ada anak yang senang minum obat? Bahkan orangtua pun sebenarnya males kan kalau terpaksa minum obat. Orang kan minum obat kalau memang sedang sakit. Lha, Fay minum obat itu seperti sebuah keharusan, seperti orang makan gitu. Bukannya dipaksa minum obat kalau sakit, malah maksa minta obat walaupun gak kenapa-kenapa. Gawat kan… Lebih gampang nyuruh Fay minum obat daripada nyuruh tidur. Haduuuuuh… Kayaknya terobsesi gitu.. [dari Fay dan Obat, postingan tanggal 28 Agustus 2013]

Theme song: Jangan Remehkan dari album Di Atas Rata-rata