Minak Jingga kasmaran

Ponsel di tangan Minak Jingga masih terpegang erat. Ia ragu ingin mengirimkan sebaris kalimat untuk wanita pujaan hatinya: Ratu Majapahit Kencanawungu. Sementara Dayun, abdi setia Adipati Blambangan yang kocak itu duduk manis di sampingnya.

Ealah ndoro, kalau rindu mbok iya di-esemes saja mbakayune Kencanawungu. Nggak usah gengsi segala! Wong kangen puol kok pake gengsi-gengsian sih.”

Minak Jingga menatap abdi kesayangannya itu lalu menghela nafas panjang.

“Kira-kira dia kangen juga nggak ya, Yun?”

“Dijamin ndoro. Sudah nggak usah pikir panjang lagi, cepet pencet nomornya dan katakan aku rindu kamu, diajengku!”

Ntar kalau hapenya dimatikan piye?”

“Begini saja ndoro, mbok di-bebeem mawon. Sini ndoro saya foto, nanti ndoro aplod terus kirim ke mbakayune Kencanawungu. Pripun?”

Jeprat-jepret dengan enam gaya. Minak Jingga segera mengup-load foto-fotonya. Ia menyertakan tulisan: Honey, aku kangen banget nih…!

Namun, mendadak Minak Jingga menekuk wajahnya. Dayun segera tanggap, kalau juragannya itu sedang kecewa berat.

“Ada apa ndoro?” 

“Aku nggak tahu PIN diajeng Kencanawungu, je?!”

Elho… kok bisa…kok bisa… Piye to iki. Bukannya henpon blekberi-nya mbakayune Kencanawungu ndoro yang mbeliin?”

“Ho-oh. Aku lupa nyatet PIN-nya je, Yun!”

“Begini ndoro… coba di-esemes saja tanya nomor PIN-nya.”

Minak Jingga nuruti usulan Dayun. Ia menuliskan kata-kata. Say, boleh dong bagi No PIN BBM-mu? Salam kangen. Cups! Pesan terkirim.

Tak lama kemudian, ponsel Minak Jingga berbunyi, ada tanda panggilan masuk. Dilihat di layar ponselnya, nama wanita pujaannya. Cepat-cepat ia jawab panggilan itu.

“Hai, sayang… akhirnya kamu nelpon aku juga. Kangen banget nih!”

“Panggil sayang….sayang…. siapa ini?”

Loh… kok bukan Kencanawungu!”

“Memang bukan!! Aku Damarwulan, suami Kencanawungu. Siapa kamu berani-beraninya mengganggu istriku?”

Minak Jingga segera mematikan ponselnya. Ia mengatur nafas. Ngos-ngosan, seperti habis dikejar harimau kelaparan. Sempat shock sebentar. Ia tak habis pikir, apa ia salah pencet nomor sehingga Damarwulan yang meneleponnya. Apa benar Damarwulan sudah menjadi suami Ratu Majapahit itu?

“Dayuuuunnnnnnn!!!!!”