Menyaksikan Bujang nikah

Ungkapan rasa bahagia dengan berselfi

Sejak Bujang mengabarkan kepada calon istrinya kalau ia jadi menikahinya, teman-teman sekantor memendam rasa penasaran, termasuk Mas Suryat. Apa betul Bujang akan menikah dalam waktu dekat?

Dari bisik-bisik tetangga, Mas Suryat mendengar kalau Bujang pulang kampung mengabarkan ke orang tuanya, sekaligus melengkapi surat-surat yang dibutuhkan untuk nikah yang dicatat negara. Setelah kedatangannya dari kampungnya, pada hari Sabtu Bujang mengajak calon istrinya berbelanja mas kawin.

Kabar pasti kapan Bujang akan melakukan ijab kabul belum terkonfirmasi oleh siapa pun. Cuma pada bertanya, apa iya Bujang akan nikah di bulan puasa ini?

Pada suatu siang, ketika Mas Suryat akan istirahat dengan memejamkan mata sejenak, Bujang masuk ke ruangannya mengabarkan sekaligus mengundang Mas Suryat untuk menyaksikan akad nikahnya yang akan dilaksanakan pada hari keempat Ramadhan waktunya bakda asar.

Waktu yang ditunggu-tunggu itu tiba. Selepas shalat asar Mas Suryat berangkat ke tempat akad nikah. Tiba di lokasi, acara belum dimulai. Malah, Bujang masih berkaos seragam MU turun dari motornya, entah dari mana. Rumah calon istrinya – tepatnya di teras, telah dihias dengan sederhana. Di sana sudah ada meja pendek bertaplakkan motif batik. Beberapa kursi plastik ditata rapi, untuk duduk para tamu.

Petugas KUA datang gasik, sehingga terpaksa menunggu pengantin berdandan dulu. Sound system menyajikan gending-gending Jawa. Jam setengah lima, kedua pengantin keluar telah berseragam warna putih keperak-perakan.

Mas Suryat mengamati setiap momen yang terjadi, karena ia duduk di kursi depan. Sesekali menjepretkan kamera hape ke arah tempat acara.

Kedua pengantin duduk di hadapan petugas KUA yang sedang memeriksa berkas-berkas. Kedua saksi pun telah duduk manis. Petugas KUA menanyakan kepada pengantin perempuan, di mana bapak atau wali nikahnya? Karena bapak pengantin perempuan sedang berada di negeri seberang, ia menyerahkan perwaliannya kepada petugas KUA.

Bujang kelihatan sangat gelisah. Sebelum akad nikah dimulai, ia diberi kesempatan latihan sekali. Akad nikahnya mau pakai bahasa Arab atau Indonesia? Petugas KUA bertanya kepada Bujang dan ia menjawab akan menggunakan bahasa Indonesia.

Pengucapan Bujang pada kalimat saya terima nikahnya dan seterusnya… berbelit dan tidak lancar, sehingga kudu diulang! Petugas KUA minta Bujang untuk berlatih dulu.

“Pakai tulisan boleh pak?” tanya Bujang tiba-tiba.

Petugas KUA mengizinkan. Ribet sejenak ketika mencari kertas dan pulpen. Pengucapan akad yang kedua, lancar jaya dan kedua saksi menyatakan: sah!

Alhamdulillah.