Menjadi orang saleh

Ketika saya berkunjung ke rumah Ustadz Asnoor, ia sedang berada di teras rumahnya bersama dua orang tamu yang saya juga mengenalnya. Dari ruang dalam sayup-sayup terdengar lagu Tombo Ati yang dilantunkan Opick.

Pas dengan misi saya berkunjung ke sana, yakni tombo ati yang ketiga: wong kang saleh kumpulana, berkumpulah dengan orang saleh.

Hmm, rupanya mereka bertiga sedang membicarakan mengenai orang saleh. Saya menyimak apa yang disampaikan Ustadz Asnoor tersebut.

“Orang saleh adalah standar dalam ajaran Islam, artinya default-nya seorang muslim itu ya sebagai orang saleh. Dan kesalehannya itu meliputi kesalehan individual maupun sosial. Jika seseorang itu beramal saleh artinya ia mengerjakan hal-hal yang baik yang secara kasatmata bisa dilihat, nyata dan bermanfaat bagi orang lain. Semua perbuatan atau tindakan yang sesuai dengan hukum baik alam maupun sosial, memelihara semua hal yang sudah baik, melakukan hal-hal yang membuat suasana menjadi damai dan menyenangkan, semua itu dikategorikan sebagai amal saleh.”

Panjang lebar ia menjelaskan tentang orang saleh. Sebelum Ustadz meneruskan uraiannya, kawan saya menyela dengan sebuah pertanyaan.

“Berarti amal buruk kebalikan dari amal saleh, Tadz?”

“Iyo, bener. Kosok-bali dari amal saleh adalah amal buruk yaitu perbuatan atau tindakan yang dapat merusak manusia dan lingkungannya seperti berbuat kejahatan, berbuat aniaya, menyakiti orang lain atau dirinya sendiri, merugikan orang lain, membuat penderitaan, merusak kehidupan serta lingkungannya.”

Kemudian ia mengutip sebuah ayat dalam Al Quran:

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami orang-orang yang saleh.” (QS 2:11)

“Berarti, waktu kemarin kita bikin acara penanaman lima ribu pohon untuk penghijauan termasuk berbuat amal saleh dong, ya?”

Ustadz Asnoor mengiyakan, lalu berkata, “Hasil dari penanaman pohon akan dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. Buah dari perbuatan baik atau buruk itu tidak mesti seketika, malah seringkali terlihat di kemudian hari. Ada orang yang mengeluh bahkan frustasi, wong sudah beramal saleh kok nggak dihargai, nggak ada hasilnya babar blas. Jangan seperti itu, kawan.”

Ustadz tersenyum kepada kami dan melanjutkan kalimatnya, “Jadi, amal saleh harus dilandasi dengan iman.”