Selama masa Pandemi >2 tahun ini saya sudah banyak menghapus nomer kontak dari henpon saya. Penyebabnya: teman, kerabat atau kolega saya itu meninggal dunia. Entah karena covid atau hal yang lain. Pada bulan di mana kematian akibat covid varian delta sedang tinggi-tingginya, ada kejadian yang menyesakkan dada.
Pernah terjadi, di pagi harinya saya masih WA-an dengan teman tersebut, eh sore harinya ia sudah marhum. Dan tragisnya, baru dua puluh empat jam kemudian ia bisa dikubur karena ketiadaan ambulance dan mesti antri mendapatkan lokasi kuburan. Bahkan kami sebagai teman tidak bisa melayat untuk memberikan penghormatan terakhir baginya.
Itu menjadi kontak pertama yang saya hapus dari henpon saya (di saat pandemi), dan pada minggu-minggu itu berita duka cita bersliweran di WA Group yang saya ikuti dan mayoritas penyebab kematiannya karena covid. Satu per satu saya menghapus kontak, karena nama yang meninggal adalah mereka yang tersimpan di henpon saya.
Kasus covid per hari ini sudah melandai dan kematian akibat covid pun sudah jauh menurun. Namun, menghapus kontak masih saya lakukan, jika orang yang meninggal itu teman sekolah saya – yang tentu saja umurnya sebaya dengan saya, sebuah jumlah umur yang sudah mendekati kepada kematian.
***
Jika ada seorang teman yang meninggal – lalu kemudian diiringi dengan ucapakan bela sungkawa di WAG, ada teman lain yang iseng mem-posting sebuah foto dengan pose bareng teman seangkatan atau pada acara tertentu. Pada foto tersebut beberapa wajah dilingkari dan ditambahkan caption: ini teman-teman yang sudah marhum. Bahkan ada yang bikin daftar yang sudah meninggal. Hmm, banyak juga.
Kadang saya nyengir sendiri jika di lembaran foto tersebut ada saya di sebelah teman yang diberikan tanda lingkaran.
Terakhir kali saya menghapus salah satu kontak di henpon saya terjadi di bulan lalu. Ia teman satu kosan saat kuliah di Jogja dulu.