Menengok sang Homo Erectus

Kini saatnya mengajak Kika dan Lila berpetualangan ke Zaman Purba dengan mengunjungi Museum Manusia Purba Sangiran. Secara mereka sudah bisa membaca dan menganalisa informasi yang dipaparkan di dalam museum, termasuk memvisualisasikan pengetahuan yang didapat dari pelajaran IPS di sekolahnya. Museum yang letaknya hanya sepelemparan sandal dari rumah mbah Uti mereka ini merupakan situs paling lengkap di dunia tentang manusia purba yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan peradaban dunia. Museum yang terletak di Desa Krikilan, Kec. Kalijambe Kab. Sragen ini sungguh modern, beberapa objeknya dapat kita sentuh. Museum ini mengingatkan saya pada Museum Satwa di kompleks Jatim Park 2, yang memajang aneka replika satwa yang sudah punah seperti T-rex, Apatosaurus maupun Mammoth. Kedua museum tersebut sama-sama dibuat modern dan nyaman dikunjungi. Memang seharusnya demikian penampilan sebuah museum, bukan?

Adalah Pak Eugene Dubois (1858-1940) seorang dokter anatomi berkebangsaan Belanda yang datang ke Jawa pada 1887. Ia bekerja di sebuah rumah sakit. Dalam waktu senggangnya ia manfaatkan menyusuri tepian kanan dan kiri Sungai Bengawan Solo, sambil meneliti lokasi yang berpotensi sebagai pendaman tulang-tulang manusia purba. Ia yang terobsesi oleh teori evolusi Charles Darwin (1809-1882),  pada tahun 1890 di Sangiran ia menemukan sepotong geraham  manusia purba, kemudian pada 1891 di Trinil (Solo) menemukan tengkorak, dan pada 1892 menemukan tulang kaki. Pada 1894 Pak Dubois menyusun laporan hasil penelitian tentang manusia kera yang berdiri tegak atawa manusia Jawa itu yang kemudian disebut homo erectus.

Dari buku Museum Sangiran diperoleh informasi bahwa semua koleksinya berjumlah sekitar 14 ribu, dan jumlahnya akan bertambah karena setiap musim hujan bumi Sangiran selalu mengalami erosi yang sering menyingkapkan temuan fosil dari dalam tanah. Koleksi museum ini berupa fosil manusia, fosil hewan, fosil tumbuhan, batu-batuan, sedimen tanah dan juga peralatan batu yang dahulu pernah dibuat dan digunakan oleh manusia purba yang pernah bermukim di Sangiran. Ada tiga ruang pamer di museum ini plus diorama.

Sangiran sebenarnya adalah nama kembar dari dua pedukuhan kecil yang terletak antara Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Kedua pedukuhan ini dipisahkan oleh Kali Cemoro yang mengalir dari kaki G. Merapi menuju Bengawan Solo.

Akses menuju Museum Sangiran sangat mudah. Jarak dari Kota Solo kira-kira 10 km melalui jalan Solo – Purwodadi, dengan banyak petunjuk arah sehingga memudahkan untuk sampai ke museum tersebut.